Rabu, 24 Februari 2010

Memulai dari Hal Kecil

Oleh : Achmad Prafitdhin*)
11/07/09

Karakter dan sikap hidup berawal dari hal terkecil yaitu kebiasaan. Akumulasi kebiasaan mewujudkan sebuah karakter. Karakter bagaikan tabungan di bank. Selalu menampung uang siapapun. Tabungan tidak akan memberi tanda peringatan (alert) layaknya antivirus pada komputer. Baik berasal dari barang halal maupun haram. Bank tidak juga mendeteksi apakah uang yang ditabungkan bermasalah atau tidak. Semua bebas masuk dan keluar.
Dewasa ini berbagai tindak kekerasan terjadi di masyarakat. Hal itu berawal dari kebiasaan tidak sopan dalam rumah tangga. Ketika orang tua membiarkan seorang anak berkata kotor kepada saudaranya, maka bersiaplah para orang tua untuk memetik hasil buruk. Peran pendidikan harus selalu berkesinambungan atau bersinergi antara sekolah dan keluarga.
Bisa jadi seorang anak sangat baik di sekolah namun sangat kasar perangainya di rumah. Atau sebaliknya, saat di sekolah sangat kasar namun di rumah kelihatan santun karena takut tidak diberi uang saku oleh orang tuanya. Berbahagialah orang tua memiliki anak santun di sekolah dan di rumah (keluarga).
Masyarakat berasal dari keluarga: ayah, ibu, dan atau tanpa anak. Kebobrokan moral suatu bangsa selalu bercermin pada kebobrokan keluarga, demikian sebaliknya. Unsur terkecil bangsa adalah keluarga. Sehingga munafik sekali ketika moral bangsa mengalami kebobrok namun keluarga-keluarga yang berada di bangsa tersebut baik semua.
Pendidikan yang dilakukan orang tua terhadap anak kadang memang harus dengan ‘kekerasan.’ Tujuannya adalah membentuk karakter baik pada anak. Namun dalam mendidik, orang tua biasanya terlalu menekan jiwa si anak. Itulah yang tidak diperbolehkan. Sebab manusia memiliki batas kekuatan. Sehingga tidak sepatutnya melakukan pengajaran di luar batas kemampuannya.
Orang tua bertanggungjawab sepenuhnya atas kebobrokan mental dan moral bangsa. Dari “rahim”-nyalah lahir manusia-manusia baik dan bejat. Mereka berkewajiaban untuk selalu mengingatkan anak agar berbuat baik kepada sesama. Apapun yang dilakukan dalam keluarga akan dibawa pada kehidupan yang lebih besar, negara.
Seburuk-buruk orang tua, tidak ada yang mau anaknya terjerembab ke lembah yang sama dengan dirinya. Anak diharapkan menjadi penerus orang tua. Namun, tidaklah demikian saat orang tuannya menjadi maling, tidak mungkin anaknya juga akan dijadikan maling.
Anak pun harus tunduk dan patuh dalam hal kebaikan. Kewajiban anak untuk selalu menghargai omongan orang tuanya. Kebaikan akan tertanam pada diri dan menancap secara kuat. Manakala anak beranjak dewasa dan meninggalkan rumah untuk waktu yang cukup lama. Hal itu amatlah berguna. Karakternya diuji ketika berada di masyarakat.
Ujian datang tidak terjadwal. Evaluasi muncul secara tiba-tiba dan sewaktu-waktu. Masalah di masyarakat muncul mendadak. Disitulah terlihat jelas sebuah karakter seseorang. Terlebih ketika menyikapi dan menyelesaikan suatu permasalahan di masyarakat. Kebiasaan sejak kanak-kanak selalu mengikuti pengambilan keputusannya.
Mulailah dengan kebiasaan-kebiasaan kecil yang baik. Jangan berharap hal besar akan muncul begitu saja tanpa ada awal hal kecil. Semua hal besar tidak akan tercapai kecuali berawal dari sesuatu yang kecil. Pepatah China mengatakan, “perjalanan ribuan kilometer harus dimulai dari satu langkah kaki.” Sejarah kejadian besar umat manusia berawal dari kegiatan kecil remeh yang dilakukan berulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar