Sabtu, 20 Februari 2010

Istilah-istilah Kelainan Reproduksi

Oleh: Achmad Prafitdhin

Beberapa hal yang sering muncul pada ternak yang berkaitan dengan gangguan reproduksinya. Sebagian dari hal tersebut sebagai berikut:

Pyometra adalah timbunan nanah dalam uterus. Pada anjing betina, merupakan sindrom penyakit yang berbeda hiperplasia endometrium sistik dan lazimnya berhubungan infeksi oleh berbagai bakteri, terutama Eschercia coli, terjadi selama estrus. Tanda-tanda klinisnya termasuk pembesaran perut, leleran vagina yang pulurenta jika sevik terbuka, poliuria, polidipsia, dan reaksi sitemik dengan demam, anoreksia, depresi, dan enimea. Dapat juga terjadi suatu glomerulonefretis yang diperantarai kekebalan.

Mola hidatidosa atau hamil anggur adalah kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terjadi sebagai akibat kegagalan pembentukan “bakal janin”, sehingga terbentuk jaringan permukaan membran (vili) mirip gerombolan buah anggur

Birahi diperpanjang adalah salah satu diantara gangguan hormonal pada ternak. Diantaranya adalah pemakaian hormon estrogen yang berlebihan dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan terbentuknya anti-estrogen yang berdampak negatif terhadap system hormonal dalam tubuh. Dampak yang timbul yaitu hewan tidak dapat birahi (estrus) normal atau masa kawin diperpanjang.

Tersio uteri adalah pada uterus yang meluntir sekitar 30 derajat ke kanan tubuh induk sehingga proses kelahiran ternak terganggu. Atau dalam masyarakat Jawa sering dikenal sebagai bayi sungsang.

Mumifikasi fetus adalah kematian fetus yang terjadi dipertengahan, atau sepertiga akhir masa kebuntingan, tidak memberikan inhibisi pada corpus luteum. Faktor / suatu keadaan mengapa fetus masih dipertahankan di dalam uterus karena masih adanya fetus yang masih hidup atau adanya corpus luteum yang masih ada, dan ada hubungannya dengan fetus tunggal atau ganda
Mumifikasi yang ada hubungan dengan corpus luteum persisten dijumpai terutama pada sapi dan jarang pada anjing. Karena pemeliharaan gravid pada kedua spesies ini dilakukan oleh progesterone yang dihasilkan corpus luteum, pada spesies lainnya progesterone dihasilkan plasenta fetus setelah pertengahan masa kebuntingan dan corpus luteum telah involusi.
Mumifikasi tidak terjadi dalam 3 bulan pertama masa kebuntingan karena kematian embrio fetus sebelum terjadi tulang biasanya diikuti absorbsi atau resorbsi fetus dan jaringan plasenta, kematian fetus pada bulan-bulan terakhir atau 6 minggu terakhir disertai mumifikasi fetus sering tidak diketahui pada waktu partus (stillbirth). Pada sapi dikenal static fetal carrier. Mumifikasi dapat terjadi dan diikuti oleh invasi ke uterus dan berakibat maserasi dari uterus.

Ada dua tipe mumifikasi yaitu :
1.Tipe hematik
Terjadi perdarahan dengan derajat tertentu antara endometrium dan membrane fetalis. Pada sapi bisa terjadi pada semua umur dan biasanya mengenai satu fetus tapi bisa juga kedua fetus. Pada sapi terjadi pada bulan ke 3-8 masa kebuntingan, tapi umumnya setelah bulan ke 5.bila didiagnosa maka akan dijumpai fetus tetap di uterus walaupun melampaui masa bunting.Penyebabnya : sama dengan sebab-sebab kematian fetus normal, juga bisa disebabkan karena faktor genetik.
2.Papyraceous mummification
Fetus lahir dalam keadaan mati kering terbungkus oleh selubung fetusnya dan selubung ini basah mengkilat. Yang spesifik adalah mummi ini terdapat diantara fetus-fetus lain yang terus tumbuh dan lahir hidup.
Pengeluaran mumifikasi pada fetus :
- 50-80 mg stillbestrol atau 5-8 mg estradiol, menyebabkan relaksasi cervix dan involusi corpus luteum, expulsi fetus.
- ± 80% mumifikasi dengan penyuntikan tunggal estrogen cukup dan fetus keluar 37-72 jam kemudian.
- Dosis tinggi tunggal estrogen biasanya pada sapi berhasil mendilatasi cervix atau expulsi fetus 24-36 jam.
- Konsepsi biasanya terjadi 1-3 bulan selanjutnya.


Ektopik pregnancy adalah suatu keadaan salah posisi dari kebuntingan ternak Kehamilan ektopik (ectopic pregnancy) merupakan kehamilan yang terjadi dimana telur yang telah dibuahi berimplantasi di luar endometrium kavum uteri. Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba, jarang yang berimplantasi di ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, kornu terus yang rudimenter, dan divertikel pada uterus.

Berikut ini adalah keadaan abnormal pada ternak pasca kelahiran:

Abortus adalah keluarnya fetus atau isi uterus bunting dari seekor ternak betina, yang terjadi sebelum saatnya. Lazimnya disebabkan oleh infeksi Brucella, Trichomonas, Vibrio, atau Salmonella. Sumber lain menyebutkan abortus adalah keluarnya fetus prematur hasil pembuahan sehingga terjadi akhir masa kebuntingan dengan fetus mati atau tak mampu hidup. Pada manusia abortus merupakan kehamilan yanng berhenti prosesnya pada umur 20 minggu kebawah, atau berat fetus yang lahir 500 gram atau kurang. Abortus yang terjadi tanpa didahului oleh tindakan apapun disebut abortus spontan, dan yang terjadi akibat sesuatu tindakan sengaja untuk menghentikan proses kehamilan disebut abortus provokatus

Milk fever adalah penyakit gangguan metabolisme yang menimpa sapi betina menjelang atau pada saat melahirkan atau sesudah melahirkan (72 jam setelah beranak). Penyakit ini paling banyak menyerang sapi perah saat 72 jam setelah melahirkan. Penyebab penyakit adalah karena kekurangan Ca (calsium) di dalam darah yang akut. Hal ini menimbulkan gangguan metabolisme mineral, yang dapat berakibat kepada seluruh tubuh sapi. Atau menurut kamus milk fever adalah semacam demam pada sapi perah yang ditimbulkan oleh congesti air susu di dalam ambing, sehingga sekresinya tersendat

Ketosis adalah akumulasi jumlah besar benda keton dalam darah dan jaringan: asam beta – hidroksibutirat, asam asetoasetat dan aseton. Karena dua yang pertama bersifat asam, mereka menyebabkan asidoisis (keadaan patologis akibat akumulasi asam atau kehabisan cadangan alkali/kandungan bikarbonat dalam darah dan jaringan tubuh dengan cirri kenaikan konsentrasi ion hydrogen/penurunan pH. Keseimbangan asam-basa dipertimbangkan dalam aktivitas biologis sel dan berfungsi pada paru dan ginjal). Pada ruminansia disinonimkan dengan asetonem atau toksemi kebuntingan atau keracunan akibat kebuntingan.

Pregnancy toxicemia adalah keracunan kebuntingan akibat ganguan metabolik dalam darah yang disebabkan oleh produk bakteri/mikroorganisme. Toksemi adalah suatu keadaan akibat gangguan metabolik (biasanya disebabkan oleh produk bakteri/toksin dalam darah). Secaraklinis adanya depresi, berpisah denga kelompoknya, nafsu makan menurun, pertumbuhan lambat produksirendah, keluarnya feses rendah, dan suara detak jantung rendah.
Endometritis adalah radang pada endometrium (membrane mukosa pembungkus uterus). Radang pada endometrium uterus ini dapat disebabkan oleh penularan dari berbagai mikroorganisme atau karena peradangan sekunder yang berasal dari bagian lain tubuh sehingga dapat menyebabkan gangguan reproduksi pada hewan betina. Penyebab lain adalah karena kelanjutan dari abnormalitas partus seperti abortus, retensi sekundinarum, kelahiran prematur, kelahiran kembar, distokia serta kelukaan pada saat membantu kelahiran. Endometritis dapat juga disebabkan karena bakteri Streptococcus, Staphylococcus, E. Coli, P. Aeroginosa, C. Pyogenes. Gejala klinis endometritis sering tidak jelas, demikian juga pemeriksaan per rektal atau vaginal khususnya bila peradangan bersifat akut. Endometritis yang kronis disertai dengan penimbunan cairan (hidrometra) atau nanah (pyometra), gejala-gejalanya akan lebih jelas, terutama pada saat induk berbaring, akan ada cairan yang keluar dari vulva yang berbentuk gumpalan nanah. Hal ini disebabkan karena uterus yang mengandung nanah atau cairan tertekan diantara lantai kandang dengan rumen.
Prolapsi adalah keadaan berubahnya letak suatu organ atau struktur. Contohnya rectum atau organ reproduksi betina yang berubah letak sehingga ada yang tampak dari luar. Pada ayam betina yang banyak menghasilkan telur, hal ini sering terjadi.

Retensi plasenta adalah plasenta yang tertahan dalam posisi semula, bila pemisahan lapisan pemindahan ke lokasi lain lebih tepat. Atau tertahannya plasenta dalam rahim. Infeksi uterus selama kebuntingan dapat menyebabkan retensio secundinae/retnsi plasenta. Jasad-jasad renik seperti Brucella abortus. Tuberculosis, Campylobacter foetus dan berbagai jamur menyebabkan placentitis dan kotiledonitis yang mengakibatkan abortus atau kelahiran patologik dengan retansi plasenta. Dengan kata lain retansi plasenta adalah kegagalan pelepasan villi kotiledon foetal dari kripta karunkula maternal. Sesudah foetus ke luar dan chorda umbilicalis putus, tidak ada darah yang mengalir ke villi foetal dan villi tersebut berkerut dan mengendur. Uterus terus berkontraksi dan sejumlah besar darah yang tadinya mengalir ke uterus sangat berkurang. Karunkulae maternal mengecil karena suplai darah berkurang dan kripta pada karunkulae berdilatasi. Pada retensio secundinae pemisahan dan villi foetalis dari kripta maternal terganggu dan terjadi pertautan. Pada plasenta yang mudah dilepas, proses pelepasan disebabkan oleh autolisa villi chorionik. Sesudah beberapa hari terdapat leukosit dan bakteria di dalam placentoma. Oleh karena itu placentitis mudah terjadi. Retensio secundinae sebenarnya adalah suatu proses kompleks yang meliputi pengurangan suplai darah diikuti oleh penciutan struktur-struktur placenta maternal dan foetal, perubahan-perubahan degeneratif, dan kontraksi uterus yang kuat

Sumber :Kamus Istilah Kesehatan Hewan dan Peternakan PHDI Yogyakarta.
Srigando Bambang. Kamus Istilah Peternakan, Fakultas Peternakan
Universi¬tas Dipongoro. UGM Press: Yogyakarta.
http://www.google.com/

2 komentar:

  1. wah bagus sekali... :)
    Trim's atas sharingnya

    BalasHapus
  2. bagos...
    lmyn bwt tgase pak erwin ne...
    thx ea mas prikitiw..
    wkwkwkw..

    BalasHapus