Rabu, 24 Februari 2010

Daun Lentik Sambiloto

Oleh: Achmad Prafitdhin (10/10/09)

Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) merupakan tanaman asli Indonesia. Penyebarannya terdapat di pulau Jawa dan Sumatera. Tumbuhan memiliki tipe liar banyak tumbuh musiman. Tinggi batang mencapai 40 – 90 cm banyak tumbuh di pinggir jalan dan ladang-ladang. Daunnya berwarna hijau tua sebesar jari telunjuk dan memiliki rasa pahit. Warna bunga putih-ungu muncul dari ujung dan ketiak batang. Buah berbentuk gepeng sebesar bulir padi dengan panjang 1,5 cm.
Tumbuhan musiman itu telah lama dipakai manusia sebagai obat anti bakteri dan anti radang. Menurut sejarah, sambiloto telah digunakan prajurit Kerajaan Majapahit untuk mengobati luka-luka setelah melakukan peperangan. Mereka pun sehat dan luka yang dialami lebih cepat kering.
Sambiloto memiliki andungan kimia yang berupa laktone dan flavonoid. Laktone diisolasi dari daun mengandung deoxy-andrographolide, andrographolide (zat pahit), neoandrographoide, 14-deoxy-11, 12-didehydroandrographolide dan homoandrographolide. Sedangkan flavonoid banyak terdapat di akar mengandung polymethoxyflavone, andrographin, panicolin, mono-o-methylwithin dan apigenin-7, 4-dimethyl eter. Disamping kedua macam bahan kimia tersebut herba itu mengandung keton, alkana, aldehyde, kalium, kalsium, natrium, dan asam kersik.
Prof. Hembing Wijayakusuma dalam bukunya Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia menyebutkan bahwa sambiloto mampu mengobati thypus abdominalis, diare, disentri, influenza, radang saluran nafas, TBC, kencing manis, kudis, luka bakar, dan berbagai macam infeksi serta obat demam. Selain itu mampu merusak sel trophocyt dan trophoblast dan berperan pada kondensasi sitoplasma dari sel tumor.
Menurut pengalaman penulis, ayam yang diberi makan daun sambiloto memiliki ketahanan tubuh yang lebih kuat. Ayam pun juga menyenangi meskipun pahit. Penyakit New Castle Desease (ND) atau tetelo dan flu burung pun menjauh. Hasil akhirnya, ayam jauh lebih sehat.
Saat terkena typhus abdominalis yang mengharuskan opname di rumah sakit. Penulis pun rajin mengonsumsi daun sambiloto. Dengan cara mengambil 3-5 helai lalu dimasukkan ke dalam gelas dan dituangi air mendidih. Setelah dingin baru diminum. Dalam waktu satu minggu badan pun pulih seperti sedia kala.
Kemampuan menyembuhkan yang dimiliki herba ini menjadikan banyak orang memburu keberadaannya. Bahkan di China tanaman yang diberi nama Chuan xin lien tersebut telah diekstrak sebagai obat penyakit kanker. Menurut literatur yang pernah penulis baca, Sinse M Yusuf dari Bandung, meresepkan ekstrak sambiloto untuk mengobati penyakit kanker stadium lanjut.
Uraian tersebut di atas sedikit banyak akan membantu masyarakat yang memiliki keterbatasan dana untuk pergi berobat ke rumah sakit. Karena sesungguhnya banyak tanaman berkhasiat obat yang tidak kalah mujarabnya dengan obat kimia. Selain itu tumbuhan tidak bersifat destruktif (merusak) obat kimia namun justru konstruktif (membangun) terhadap sel dan jaringan. Asalkan dengan dosis yang tepat.
Disamping itu dengan mengetahui jenis tanaman asli Nusantara, berarti telah menjaga kelestarian sejarah Indonesia. Jenis tanaman Indonesia sangat beragam. Namun sedikit literatur yang mengungkap kedahsyatan tanaman asli Negeri Seribu Pulau ini. Penulis berharap, tulisan ini mampu menambah literatur mengenai keberadaan sambiloto yang merupakan tanaman asli Indonesia. Tumbuhan dengan rasa pahit ini pun juga harus dipublikasikan agar tidak diklaim oleh negara lain demi kelestarian budaya bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar