Minggu, 28 Februari 2010

“Bersekolah” Bukan untuk Lulus Unas

Oleh : Achmad Prafitdhin*)
15/06/2009

Judul di atas kelihatan sangat ekstrim dan bertentangan dengan keadaan saat ini. Ketika Ujian Nasional (Unas) menjadi berita hangat (hot news) di berbagai media masa. Penulis justru kelihatan menggembosi adanya Unas, namun tidak demikian pastinya. Saya justru iba terhadap prosesi Unas yang setiap tahun tidak pernah luput dari kecurangan.
Adanya kecurangan-kecurangan dalam ujian negara tersebut manandakan bahwa sebagian siswa dan guru bangsa ini belum siap – gagal lulus ujian – menerima kenyataan pahit, sehingga harus dilakukan Unas ulangan. Maka kiranya dapat di ambil hikmah dari kejadian tersebut. Sebab, pandai-pandai orang yaitu yang mampu mengambil hikmah dari suatu kenyataan hidup. Penulis sengaja menulis hal tersebut untuk “menggugah” generasi muda bangsa Indonesia agar tetap tabah dan tidak gegabah dalam menyikapi semua hal termasuk Unas.
Moment tahunan Unas selalu menyita banyak tenaga, pikiran, dan waktu yang berujung pada kesenangan dan kesedihan. Kesenangan menghampiri siswa lulus, sedangkan kesedihan menyelimuti hati siswa gagal lulus. Demikian terlihat ketika pengumuman hasil kelulusan di Kota Malang (13/6). Dari total murid yang mengikuti Unas, sebanyak 800 siswa dinyatakan gagal. Sedangakan di Jawa Timur sendiri total siswa tidak lulus mencapai 15.089 siswa tidak lulu (Surya-Online)
Semua siswa secara emosional akan mengalami gunjang-ganjing. Terlebih saat diumumkannya hasil Unas. Rasa berdebar-debar bercampur bingung akan selalu menyelimuti diri setiap murid. Penulis pun pernah mengalami hal yang sama saat menunggu hasil Unas.

Unas, Setitik Noda Kehidupan
Banyak siswa stres dan depresi berat akibat gagal Unas. Bahkan penulis pernah mendengar kasus murid yang gantung diri karena stres menghadapi ujian tersebut. Bukan itu tujuan dari suatu pendidikan di sekolah. Pendidikan tidak pernah membuat siswa menjadi kecewa karenanya. Unas pun tidak membentuk manusia bingung dan mudah putus asa, melainkan membentuk manusia yang kuat dan tangguh menghadapi semua cobaan hidup.
Yang menjadi pertanyaan di sini adalah seberapa besar efek Unas terhadap kehidupan para siswa?
Sedikit bercerita tentang kehidupan salah seorang kerabat penulis. Saat hasil Unas dibagikan, dia diam saja karena hasilnya memberitahukan bahwa tidak lulus. Ada beberapa opsi yang diajukan orang tua kepadanya. Pertama, mengulangi Unas tahun depan, yang berarti harus mengulangi untuk bersekolah kembali. Kedua, mengikuti kejar paket yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Nasional (Diknas). Ketiga, keluar dari sekolah dengan tidak memiliki ijasah karena tidak lulus Unas.
Ternyata dia memilih opsi ketiga yaitu keluar dari sekolah tanpa ijasah. Setelah sekian lama, dia baru sadar bahwa mengulangi bersekolah jauh lebih baik ketimbang lari meninggalkannya. Penyesalan tidaklah berguna. Penyesalan tidak pernah datang di awal waktu, ia selalu datang setelah semuanya berlalu.
Sekolah adalah proses menuntut ilmu. Sehingga kegiatan sekolah sebenarnya tidak berakhir sampai Unas saja, namun hal itu merupakan awal dari mendapatkan pendidikan baru dalam jenjang lebih tinggi. Dalam pendidikan berikutnya tuntutan jauh lebih sulit. Tanggungjawab dan disiplin menjadi sangat penting. Banyak siswa tidak betah karena di tingkat pendidikan tersebut lebih “memakan otak” ketimbang Unas.
Kegiatan sekolah berawal dan berakhir dalam sebuah proses. Proses yang terus menerus dan berkelanjutan untuk mendapatkan segudang ilmu. Buat apa kalau hanya lulus Unas tetapi tidak tahu sama sekali lautan ilmu. Lautan ilmu tidak memiliki pantai. Siapa pun yang mengarungi tidak akan bertemu dengan daratan atau pantainya. Hanya Tuhan yang tahu daratan ilmu.
Ujian yang seharusnya kerjakan sendiri oleh murid malah dikerjakan gurunya. Dengan dalih sekolah takut kalau banyak murid tidak lulus. Tujuan bersekolah bukanlah lulus dalam Unas, melainkan lulus dalam setiap evaluasi dan “sekolah” hidup.
Unas hanyalah setitik noda perjalanan kehidupan. Hidup akan lebih indah ketika banyak noda dan bermacam warna. Kehidupan harus tetap berjalan meskipun ada ataupun tiadanya Unas. Kelulusan Unas adalah kesenangan sesaat. Baju seragam di semprot cat, ditulisi, dan ditandatangani. Semua siswa yang lulus bersuka cita. Bagaimana yang tidak lulus? Siswa gagal merasa dunia amatlah sesak dan dimanapun terasa tidak enak.
Dibalik kesenangan dan kesedihan siswa lulus ataupun tidak, masih ada sebagian masyarakat yang menangis karena tidak mendapatkan pendidikan. Masyarakat miskin yang tidak kebagian pendidikan selalu bersedih, baik ada Unas maupun tidak. Namun banyak diantara mereka lulus dalam “sekolah” hidup.

“Sekolah” Hidup
Daratan amatlah luas: gurun pasir, hutan-hutan, dan pulau-pulau membentang dari ujung barat dunia hingga timur. Luasnya daratan lebih luas lautan. Itulah gambaran samudera kehidupan yang harus di seberangi.
Kegagalan atau kelulusan Unas harus menjadi cambukan semua siswa. Mereka masih harus berjuang untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Tidak lulus bukan berarti akhir dari perjalanan hidup. Pepatah bijak mengatakan “kegagalan adalah sebuah keberhasilan yang tertunda”. Tanpa adanya sebuah kegagalan tidaklah manis hidup terasa.
“Bersekolah” tidak hanya di bangku sekolah, melainkan di “bangku-bangku” milik para “guru”. Sekolah adalah tempat mencari bekal dalam mengarungi kehidupan. Semakin banyak bekal, semakin kuat pula tenaga kita untuk menempuh perjalanan jauh.
Guru harus bertindak tegas dalam “menahkodai kapal” yang melaju. Arah kapal harus disesuaikan dengan “hembusan angin”. Apabila angin bertiup dari barat ke timur, guru harus mempertimbangkan, mengikuti arah angin atau melawan. Semuanya memiliki resiko masing-masing.
Ujian nasional bagaikan angin bertiup kencang yang bisa “menenggelamkan kapal.” Nahkoda dan awak kapal lain harus sigap dalam menurunkan layar agar perahu tidak mengalami keterpurukan. Nahkoda pun tidak boleh mengambil jalan pintas dengan memotong tali layar. Pemotongan tali layar akan berakibat buruk dalam pelayaran selanjutnya.
Para guru tidak boleh memberi kunci jawaban kepada anak didiknya ketika kegiatan Unas berlangsung. Pemberian kunci jawaban sama halnya melakukan pemotongan tali layar pada kapal. Memperbaiki keadaan di sekolah jauh lebih sulit dari pada menghancurkan. Membantu mengerjakan soal Unas berarti menghancurkan reputasi guru dan sekolah bersangkutan.
Soal yang dikerjakan dalam ‘Unas hidup’ jauh lebih sulit ketimbang Unas yang dilakukan pemerintah saai ini. Semua mata pelajaran harus dipraktekkan langsung. Teori kadang tidak berlaku pada Unas hidup. Ujian tidak didahului mengerjakan soal mudah. Semua soal menjadi terlalu sulit manakala tidak ada bekal pada kehidupan sekolah sesungguhnya.
Sekolah adalah waktu yang paling menyenangkan: bercanda, tertawa, dan penuh gembira. Suatu pelajaran di sekolah bisa tidak berguna sama sekali saat di masyarakat. Perhitungan matematika yang diajarkan tidak ada artinya ketika membantu anggota masyarakat yang terkena musibah.
Sebagai “siswa” kita pun dituntut untuk berprestasi. Prestasi sebenar-benarnya adalah pengabdian sesungguhnya kepada bangsa dan negara. Tempat itulah “sekolah” hidup yang sesunggungnya*)

Rabu, 24 Februari 2010

Apa Pentingnya Kewirausahaan?

Oleh : Achmad Prafitdhin
19/07/09

Pada tanggal 17-18 Juli 2009, saya mengikuti pelatihan kewirausahaan. Diklat tersebut diadakan oleh salah satu perusahaan rokok ternama di Jawa Tengah. Trainer yang merangkap sebagai motivator diambil dari Jakarta. Pelatih itu merupakan salah satu mantan presiden direktur perusahaan asuransi dan pemilik beberapa restoran di Jakarta.
Berbagai pertanyaan muncul saat diklat berlangsung berkenaan dengan kewirausahaan. Semua peserta antusias mengikuti kegiatan hingga selesai. Acara pun diakhiri oleh renungan semacam ESQ (Emotional Spiritual Quotient).
Hal menarik dalam kegiatan diklat tersebut yaitu ketika salah satu teman penulis mengutarakan statement akhir (saat perpisahan). Sebelum perpisahan itu memang diawali oleh kegiatan renungan. Maklumlah ketika renungan itu berlangsung, pemateri menginginkan semua kekecewaan dan rasa sakit hati dibuang jauh-jauh dari hati sanubari setiap peserta. Agar bisa ‘melesat’ lebih cepat untuk menjadi pengusaha. Semua itu mengakibatkan hampir seluruh peserta menangis dan berteriak histeris.
Dalam ungkapan teman tersebut, sebagai orang muda jangan asal bisa berteriak dan menagis di sini namun lupa ketika telah ke luar dari ruangan pelatihan. Semua peserta yang merupakan mahasiswa diharapkan mampu mengubah nasib bangsa melalui wirausaha. Dengan berubahnya nasib sendiri menjadi pengusaha, berarti membantu pemerintah dalam mengurangi pengangguran.
Memang, wirausahawan-wirausahawan baru sangat dibutuhkan di Indonesia. Dengan penduduk terbesar ke empat dunia (sekitar 240 juta jiwa) negara ini baru bisa menelorkan 0,18% wirausahawan. Sangat jauh dibandingkan Singapura yang mampu mencetak wirausahawan lebih dari 10%. Di tahun yang sama yaitu 2008. Sehingga pantas bila negara ini sulit bangkit dari keterpurukan krisis ekonomi dunia.
Adakah kekeliruan dalam proses pendidikan pada masyarakat Indonesia sampai hal itu terjadi? Ataukah kenyataan tersebut diakibatkan oleh kultur masyarakat yang sejak dahulu menginginkan pekerjaan yang dianggap save (aman)?
Pendidikan yang terlalu otoriter dan diktator bisa menyebabkan rendahnya kepercayaan diri seseorang. Selain itu, berubahnya sistem pendidikan menjadi pengajaran. Akibatnya, orang tersebut sulit mencapai self actualization (aktualisasi diri) yang menyebabkan minder, rendah diri, dan selalu takut gagal. Dan, mengapa penulis berani menyebut pendidikan negeri ini masih otoriter dan diktator?
Sampai saat ini masih banyak para guru memakai pola pengajaran yang dilakukan mengacu pada diktat dan buku-buku yang bersifat normatif. Khususnya untuk melatih kepribadian dan jati diri murid. Guru mulai sekarang harus berani menciptakan keadaan yang lain. Mumpung masih belum terlalu terlambat. Silabus sangatlah penting sebagai acuan, tetapi tidak menyebabkan aturan tersebut menjadi kaku. Diktat-diktat yang masih banyak dipakai juga akan menyebabkan seorang guru terkadang menjadi diktator (orang yang selalu terpaku pada diktat).
Kultur masyarakat yang lebih suka menjadi seorang pegawai dari pada menjadi wirausahawan perlu mendapat perhatian serius untuk mengubah mind set (pola pikir). Mungkin peran sekolah untuk mendidik kewirausahaan bisa menjadi solusi untuk mengurangi pengangguran dan kesenjangan sosial. Selain itu agar kultur masyarakat Indonesia berubah dari pola job seeker (pencari kerja) menjadi job creator (pencipta lapangan kerja).
Generasi muda harus mampu mengubah bangsa ini menjadi lebih baik. Wirausaha sangat penting untuk memupuk mental pemberani. Berani kalah dan berani menang. Melalui mental tak kenal putus asa kaum muda, bangsa ini akan mampu mementiskan keadaan ekonomi yang lebih baik. Sehingga tidak ada lagi pengangguran dan kesenjangan sosial yang menyebabkan kecemburuan-kecemburuan baru di masyarakat. Masihkah masyarakat ragu dengan kewirausahaan?

Memulai dari Hal Kecil

Oleh : Achmad Prafitdhin*)
11/07/09

Karakter dan sikap hidup berawal dari hal terkecil yaitu kebiasaan. Akumulasi kebiasaan mewujudkan sebuah karakter. Karakter bagaikan tabungan di bank. Selalu menampung uang siapapun. Tabungan tidak akan memberi tanda peringatan (alert) layaknya antivirus pada komputer. Baik berasal dari barang halal maupun haram. Bank tidak juga mendeteksi apakah uang yang ditabungkan bermasalah atau tidak. Semua bebas masuk dan keluar.
Dewasa ini berbagai tindak kekerasan terjadi di masyarakat. Hal itu berawal dari kebiasaan tidak sopan dalam rumah tangga. Ketika orang tua membiarkan seorang anak berkata kotor kepada saudaranya, maka bersiaplah para orang tua untuk memetik hasil buruk. Peran pendidikan harus selalu berkesinambungan atau bersinergi antara sekolah dan keluarga.
Bisa jadi seorang anak sangat baik di sekolah namun sangat kasar perangainya di rumah. Atau sebaliknya, saat di sekolah sangat kasar namun di rumah kelihatan santun karena takut tidak diberi uang saku oleh orang tuanya. Berbahagialah orang tua memiliki anak santun di sekolah dan di rumah (keluarga).
Masyarakat berasal dari keluarga: ayah, ibu, dan atau tanpa anak. Kebobrokan moral suatu bangsa selalu bercermin pada kebobrokan keluarga, demikian sebaliknya. Unsur terkecil bangsa adalah keluarga. Sehingga munafik sekali ketika moral bangsa mengalami kebobrok namun keluarga-keluarga yang berada di bangsa tersebut baik semua.
Pendidikan yang dilakukan orang tua terhadap anak kadang memang harus dengan ‘kekerasan.’ Tujuannya adalah membentuk karakter baik pada anak. Namun dalam mendidik, orang tua biasanya terlalu menekan jiwa si anak. Itulah yang tidak diperbolehkan. Sebab manusia memiliki batas kekuatan. Sehingga tidak sepatutnya melakukan pengajaran di luar batas kemampuannya.
Orang tua bertanggungjawab sepenuhnya atas kebobrokan mental dan moral bangsa. Dari “rahim”-nyalah lahir manusia-manusia baik dan bejat. Mereka berkewajiaban untuk selalu mengingatkan anak agar berbuat baik kepada sesama. Apapun yang dilakukan dalam keluarga akan dibawa pada kehidupan yang lebih besar, negara.
Seburuk-buruk orang tua, tidak ada yang mau anaknya terjerembab ke lembah yang sama dengan dirinya. Anak diharapkan menjadi penerus orang tua. Namun, tidaklah demikian saat orang tuannya menjadi maling, tidak mungkin anaknya juga akan dijadikan maling.
Anak pun harus tunduk dan patuh dalam hal kebaikan. Kewajiban anak untuk selalu menghargai omongan orang tuanya. Kebaikan akan tertanam pada diri dan menancap secara kuat. Manakala anak beranjak dewasa dan meninggalkan rumah untuk waktu yang cukup lama. Hal itu amatlah berguna. Karakternya diuji ketika berada di masyarakat.
Ujian datang tidak terjadwal. Evaluasi muncul secara tiba-tiba dan sewaktu-waktu. Masalah di masyarakat muncul mendadak. Disitulah terlihat jelas sebuah karakter seseorang. Terlebih ketika menyikapi dan menyelesaikan suatu permasalahan di masyarakat. Kebiasaan sejak kanak-kanak selalu mengikuti pengambilan keputusannya.
Mulailah dengan kebiasaan-kebiasaan kecil yang baik. Jangan berharap hal besar akan muncul begitu saja tanpa ada awal hal kecil. Semua hal besar tidak akan tercapai kecuali berawal dari sesuatu yang kecil. Pepatah China mengatakan, “perjalanan ribuan kilometer harus dimulai dari satu langkah kaki.” Sejarah kejadian besar umat manusia berawal dari kegiatan kecil remeh yang dilakukan berulang.

Daun Lentik Sambiloto

Oleh: Achmad Prafitdhin (10/10/09)

Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) merupakan tanaman asli Indonesia. Penyebarannya terdapat di pulau Jawa dan Sumatera. Tumbuhan memiliki tipe liar banyak tumbuh musiman. Tinggi batang mencapai 40 – 90 cm banyak tumbuh di pinggir jalan dan ladang-ladang. Daunnya berwarna hijau tua sebesar jari telunjuk dan memiliki rasa pahit. Warna bunga putih-ungu muncul dari ujung dan ketiak batang. Buah berbentuk gepeng sebesar bulir padi dengan panjang 1,5 cm.
Tumbuhan musiman itu telah lama dipakai manusia sebagai obat anti bakteri dan anti radang. Menurut sejarah, sambiloto telah digunakan prajurit Kerajaan Majapahit untuk mengobati luka-luka setelah melakukan peperangan. Mereka pun sehat dan luka yang dialami lebih cepat kering.
Sambiloto memiliki andungan kimia yang berupa laktone dan flavonoid. Laktone diisolasi dari daun mengandung deoxy-andrographolide, andrographolide (zat pahit), neoandrographoide, 14-deoxy-11, 12-didehydroandrographolide dan homoandrographolide. Sedangkan flavonoid banyak terdapat di akar mengandung polymethoxyflavone, andrographin, panicolin, mono-o-methylwithin dan apigenin-7, 4-dimethyl eter. Disamping kedua macam bahan kimia tersebut herba itu mengandung keton, alkana, aldehyde, kalium, kalsium, natrium, dan asam kersik.
Prof. Hembing Wijayakusuma dalam bukunya Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia menyebutkan bahwa sambiloto mampu mengobati thypus abdominalis, diare, disentri, influenza, radang saluran nafas, TBC, kencing manis, kudis, luka bakar, dan berbagai macam infeksi serta obat demam. Selain itu mampu merusak sel trophocyt dan trophoblast dan berperan pada kondensasi sitoplasma dari sel tumor.
Menurut pengalaman penulis, ayam yang diberi makan daun sambiloto memiliki ketahanan tubuh yang lebih kuat. Ayam pun juga menyenangi meskipun pahit. Penyakit New Castle Desease (ND) atau tetelo dan flu burung pun menjauh. Hasil akhirnya, ayam jauh lebih sehat.
Saat terkena typhus abdominalis yang mengharuskan opname di rumah sakit. Penulis pun rajin mengonsumsi daun sambiloto. Dengan cara mengambil 3-5 helai lalu dimasukkan ke dalam gelas dan dituangi air mendidih. Setelah dingin baru diminum. Dalam waktu satu minggu badan pun pulih seperti sedia kala.
Kemampuan menyembuhkan yang dimiliki herba ini menjadikan banyak orang memburu keberadaannya. Bahkan di China tanaman yang diberi nama Chuan xin lien tersebut telah diekstrak sebagai obat penyakit kanker. Menurut literatur yang pernah penulis baca, Sinse M Yusuf dari Bandung, meresepkan ekstrak sambiloto untuk mengobati penyakit kanker stadium lanjut.
Uraian tersebut di atas sedikit banyak akan membantu masyarakat yang memiliki keterbatasan dana untuk pergi berobat ke rumah sakit. Karena sesungguhnya banyak tanaman berkhasiat obat yang tidak kalah mujarabnya dengan obat kimia. Selain itu tumbuhan tidak bersifat destruktif (merusak) obat kimia namun justru konstruktif (membangun) terhadap sel dan jaringan. Asalkan dengan dosis yang tepat.
Disamping itu dengan mengetahui jenis tanaman asli Nusantara, berarti telah menjaga kelestarian sejarah Indonesia. Jenis tanaman Indonesia sangat beragam. Namun sedikit literatur yang mengungkap kedahsyatan tanaman asli Negeri Seribu Pulau ini. Penulis berharap, tulisan ini mampu menambah literatur mengenai keberadaan sambiloto yang merupakan tanaman asli Indonesia. Tumbuhan dengan rasa pahit ini pun juga harus dipublikasikan agar tidak diklaim oleh negara lain demi kelestarian budaya bangsa.

Peternakan Bukan Anak Tiri

Oleh : Achmad Prafitdhin*)
25/07/09

Pemilihan presiden telah usai. Pengumuman hasil pilpres pun telah digelar. SBY masih bisa berlenggang di kursi presiden sedikitnya untuk lima tahun mendatang. Bagaimana kinerja SBY untuk periode mendatang? Masihkan menganaktirikan peternakan? Apakah harga susu, telur dan daging tetap murah di tingkat peternak, sedangkan harga pakan membumbung tinggi tak terkendali? Apakah eksistensi peternakan mulai dipandang sebelah mata oleh pemerintahan SBY?
Pada krisis moneter 1998 lalu. Peternakan menjadi tumpuan hidup bangsa. Ketika perusahaan-perusahaan malakukan PHK besar-besaran. Bidang tersebut menjadi jalan alternatif dalam menyambung hidup masyarakat. Mau tidak mau masyarakat kembali terjun ke dunia peternakan atau pertanian. Peternakan pun telah mampu memberikan lapangan pekerjaan kepada 2,54 juta masyarakat Indonesia. Menurut Bappenas jumlah penduduk miskin Indonesia tahun 2009 mencapai 29,99 juta jiwa. Berarti peternakan mampu mengurangi kemiskinan sebesar 8,47%.
Kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu pun juga tidak menyurutkan para peternak untuk beralih profesi. Ketidakpastian ekonomi dunia semenjak akhir pemerintahan presiden Bush tidak terlalu berpengaruh kepada mereka. Para peternak sebenarnya malah merasa terpojokkan oleh iklim politik pemerintahan Indonesia sendiri. Diantaranya pemerintah yang telah menghapus bea impor susu, akibatnya peternak lagi-lagi terkena imbasnya karena harga susu turun dari Rp 3.800,- menjadi Rp 3.400,-
Politik kepentingan sendiri (self political interest) yang terjadi dewasa ini telah mengorbankan peternak. Para pembuat kebijakan kurang peduli nasib peternak. Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi (P2SDS) yang direncanakan tahun 2010 pun kelihatannya akan molor. Kurangnya perhatian pemerintah ditunjukkan oleh ketidakberpihakan pemerintah yang terus mengimpor daging dari Australia. Pada tahun 2008 saja pemerintah melakukan impor daging sapi hingga mencapai 1,5 juta ton.
Sebanarnya, peternakan rakyat akan segera bangkit ketika iklim politik dan perdagangan menjanjikan. Terbukti, peternakan yang dikelola oleh rakyat mampu bertahan dari berbagai masalah yang melilit negeri ini. Saat ini peternakan sapi rakyat menguasai 90% pembibitan (breeding) di Indonesia sedangkan 10% atau sisanya oleh pemerintah dan swasta. Hal ini berarti, peternakan rakyatlah yang masih tetap eksis.
Suntikan dana dari pemerintah mungkin akan lebih merangsang pertumbuhan peternakan. Melalui program Sarjana Membangun Desa (SMD) yang dicanangkan pemerintah mulai menggaung pada tahun 2009 ini. Hal tersebut seharusnya mampu menjadi tameng kekurangan dan keterpurukan bidang peternakan Indonesia. Namun dana yang dikucurkan oleh pemerintah tidak lebih dari satu persen APBN.
SMD ditaksir hanya mengucurkan dana 0,009% atau setara dengan 90 milyar dari total APBN 2009 yang lebih dari 1000 trilyun. Apabila rata-rata dari total 600 kelompok penerima hibah pada tahun 2009 menerima 150 juta untuk semua jenis ternak (sapi perah, sapi potong, ayam lokal, kambing dan domba, dan kelinci). Memang, untuk ternak besar seperti sapi dana yang di dapat mencapai 400 juta, sedangkan ternak kecil seperti ayam hanya pada kisaran 80-150 jutaan.
Kebijakan yang memihak peternakan akan segera menumbuhkan minat dan naluri peternak untuk segera bertindak. Kini pemerintah memang mengeluarkan kebijakan untuk mengembangkan peternakan. Namun menurut hemat penulis belum memihak bidang peternakan dan masih memperlakukan peternakan layaknya anak tiri. Sebab hanya sedikit dana yang dikucurkan untuk menumbuhkembangkan peternakan di Indonesia. Dan sangat berbeda dibandingkan sektor lain; pendidikan, pertahanan, dan infrastruktur.
Pelaksanaan program pun masih perlu dipertanyakan. Apakah benar-benar untuk kelompok peternak atau bagi segelintir orang yang mau mengambil keuntungan dari program ini. Sebab informasi yang penulis dengar dari panitia pelaksanaan SMD, dana yang dikucurkan langsung masuk ke rekening sarjana pemohon dan bukan ke rekening kelompok peternak.
Jawa Barat kekurangan daging sapi hingga mencapai 60% tahun 2008. Sedangkan kekurangan kebutuhan daging sapi nasional disuplai dari import pemerintah yang mencapai 1,5 juta ton pada tahun 2008. Kapan lagi pemerintah memikirkan peternakan negeri sendiri? Kebijakan semacam itu akan memperkaya peternak negara lain. Sedangkan peternak negara sendiri semakin terpuruk karena sapi-sapi yang dipelihara kalah bersaing dengan sapi-sapi impor.
Penulis memerhatikan peternakan di pedesaan yang memelihara sapi-sapi lokal dan sapi-sapi impor. Sapi-sapi lokal cenderung tahan penyakit dan memiliki produktivitas yang tinggi dari segi reproduksinya. Sapi lokal (Peranakan Ongole/PO) dengan 1-2 kali inseminasi buatan (IB) atau kawin suntik sudah mengalami bunting, sedangkan sapi impor hingga mencapai 4-6 kali baru mengalami bunting. Hal ini tampak pada sapi-sapi Limousin hasil impor. Kebuntingannya amatlah rendah. Kejadian tersebut semakin menekan peternak, selain harga pakan yang mahal.
Nasib sapi asli Indonesia tidak sebagus sapi-sapi impor. Sapi Bali merupakan salah satu ternak asli Indonesia. Notabene tidak menjadi tuan rumah di negeri sendiri, kini malah dilirik Malaysia. Sapi Bali merupakan plasma nutfah asli dari pulau Bali.
Jika tidak ditangani serius, tidak menutup kemungkinan bahwa kelak pengekspor sapi Bali terbesar adalah Malaysia dengan disertai hak paten sekaligus. Sebab, sapi tersebut memiliki banyak kelebihan diantaranya persentase karkas yang tinggi mencapai 57% dan kadar lemak dalam daging yang rendah (2-13%). Bandingkan dengan kadar lemak sapi Limousin yang bisa mencapai 22%.
Peran pemerintah dalam melakukan sosialisasi pada peternak. Target swasembada daging tidak akan segera terwujud, apabila pengambil kebijakan masih terbuai dalam menciptakan produk murah, tetapi mematikan peternak. Peternak akan berpikir dua kali untuk memproduksi jika harga jual ternyata rendah. Pendidikan beternak akan merubah pemahaman (mind set) para peternak. Agar memelihara ternak yang memberikan keuntungan maksimal. Sebab, belum tentu ternak impor akan memberikan keuntungan maksimal, karena hewan tersebut masih perlu beradaptasi dengan lingkungan tropis laiknya Indonesia.
Memelihara ternak lokal berarti ikut mencintai produk dalam negeri. Cinta produk dalam negeri adalah harga mati. Agar bangsa ini segera bangkit dari tidur panjangnya, peternakan. Bangkitlah peternakan Indonesia!

Hutang Kita pada Kertas

Oleh : Achmad Prafitdhin
6/05/09

Kertas merupakan salah satu ciri kehidupan modern. Sejarah baru muncul dari selembar kertas. Sekarang ini pun anda membaca pada selembar kertas koran.
Barang mudah terbakar itu telah ditemukan bangsa China sekitar abad ke tujuh Masehi. Karenanya, banyak perubahan luar biasa pada kehidupan dunia. Sebelum ditemukannya kertas orang menulis di atas batu, pelepah kurma, daun lontar, bambu, kulit binatang, dan tulang. Namun, setelah terciptanya kertas kehidupan manusia berubah drastis. Orang bersekolah tidak lagi membawa batu tetapi cukup membawa selembar atau beberapa lembar kertas.
Menggambar, menulis, membuat kerajinan tangan, sertifikat rumah, akte kelahiran, ijazah, dan berbagai macam dokumen penting tercetak pada kertas. Oleh karena itu, kertas disebut multi manfaat.
Dewasa ini kertas semakin kurang dihargai oleh munculnya dunia maya, teknologi komunikasi, dan aneka macam perangkat elektronik serta multimedia. Kertas semakin terpinggirkan. Setelah dipakai, barang tipis itu hanya dibuang di tempat sampah atau sebagai bungkus menjual bumbu dapur oleh penjual sayur.
Koran, majalah, dan buku, setiap hari terbit. Setiap hari pula kertas dicetak dan dibuang ke dalam tempat sampah. Berapa banyak hutang kita pada kertas yang belum terbayar?
Bagaimana bisa membayar hutang, kalau uang kita saja terbuat dari bahan yang sama dengan dirinya - kertas. Tidaklah mungkin kita mampu membayar hutang pada kertas. Namun, ada cara mudah agar tidak terlalu banyak berhutang pada benda ringan itu, yaitu tidak menyiakan fungsinya. Barang mudah basah ketika terkena air itu dapat didaur ulang agar ‘pahala’ atas ‘pengorabanan’ dirinya tidak terputus.
Salah satu stasiun televisi swasta tanah air pernah mengangkat kertas dalam tema siarannya. Acara tersebut memunculkan satu pemerhati dan kelompok pecinta kertas di Yogyakarta. Kelompok yang sebagian besar anak muda itu mengolah kertas untuk dijadikan aneka kerajinan yang bernilai ekonomis tinggi.
Tugas kertas di bumi memang untuk kesejahteraan manusia. Demi terciptanya selembar kertas, kita harus menanam pohon Akasia. Setidaknya membutuhkan delapan tahun hingga pohon itu dapat ditebang untuk dijadikan selembar kertas baru. Kalaupun pembuatannya memakai jerami padi berarti kita harus menunggu tiga bulan. Belum lagi masa produksi yang bisa memakan waktu berbulan-bulan. Berapa energi yang dikeluarkan untuk menanam bahan pembuatnya? Menghemat satu lembar kertas berarti menghemat energi lain yang lebih besar.
Orang tidak akan menyodorkan halaman pengesahan skripsi di dalam komputer untuk ditandatangani. Kertas masih sangat diperlukan sampai saat ini. Sehingga janganlah mengabaikan fungsi kertas.
Kertas bisa lebih berharga dari apapun di dunia ini. Hidup mati seseorang bahkan bisa ditulis pada selembar kertas. Saat hakim menuliskan pidana hukuman mati seseorang pada sebendel kertas, berarti dia telah menuliskan nasib kehidupan orang tersebut.
Ketika Soekarno membaca teks proklamasi, dia terlebih dahulu menuliskannya di secarik kertas. Nasib mantan orang nomer wahid itu pun kalah dengan kertas. Kontroversi teks Supersemar yang ‘menjungkalkan’ pemerintahannya saat itu, tertulis pada secuil kertas. Bukan file di dalam komputer.
Besar pengaruh kertas untuk merubah keadaan. Merubah seseorang dari miskin menjadi kaya atau sebaliknya. Materai yang tidak lebih dari delapan sentimeter persegi dapat digunakan menggusur bangunan seluas satu juta meter persegi. Efek kertas memang dahsyat.
Sebagai bangsa yang bersejarah kita harus membayar lunas ‘pengorbanan’ kertas agar tidak sia-sia. Kertas sebenarnya adalah sejenis artefak di jaman prasejarah. Kertas telah menandakan perubahan keadaan dari jaman sejarah menuju multimedia.
“Dewa Internet” tidak seluruhnya baik dan kuat. Bahkan “Mbah” Google dan Yahoo masih kalah dengan kertas. Keduanya masih kalah tua dan pengalaman. Meskipun tidak bisa terbakar, mereka akan kalah dengan virus. Tidak demikian pada kertas yang tahan virus dan gangguan para hacker.

Sabtu, 20 Februari 2010

Evaluasi Hasil Inseminasi Buatan (IB)

Banyak Faktor yang Mengakibatkan IB Mengalami Kegagalan

Sapi tidak bunting meski sudah di IB dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
1. Peternak dan Operator IB
2. Kualitas Semen
3. Hewan Betina

1. Peternak dan Operator IB
Keberhasilan inseminasi buatan sangat ditentukan oleh kemampuan dari peternak dalam hal deteksi estrus, sebab dengan deteksi estrus yang tepat dapat membantu operator IB dalam menentukan waktu yang tepat dalam melakukan inseminasi buatan. Ada beberapa cara untuk detaksi estrus antara lain dengan :
• Melihat adanya leleran lendir pada vulva
• Menggunakan teaser
• Sistem recording yang baik
Operator IB selain berperan dalam menentukan waktu yang tepat untuk melakukan IB, operator juga harus berpengalaman dalam penanganan semen dan juga penempatan semen kedalam saluran reproduksi sapi betina. Tempat terbaik untuk menempatkan semen adalah di corpus uteri kira-kira 3 cm di depan cervik uteri.
2. Kualitas Semen
Kualitas semen yang baik untuk IB adalah konsentrasinya 25 juta untuk semen beku dan juga Post Thawing Motility (PTM) nya 40 % selain itu spermatozoanya tidak mengalami abnormalitas. Spermatozoa yang mempunyai bentuk abnormal menyebabkan kehilangan kemampuannya untuk membuahi sel telur dalam tuba falopii. Untuk itu semen dievaluasi secara periodik selam 6 bulan. Semen yang kualitasnya baik akan meningkatkan keberhasilan dari inseminasi buatan.

3. Hewan Betina
Pada dasarnya kegagalan dari inseminasi buatan adalah adanya gangguan pada hewan betinanya baik itu adanya kelainan anatomi saluran reproduksi, gangguan hormonal dan juga abnormalitas sel telur.

3.1. Kelainan anatomi saluran reproduksi
Kelainan anatomi dapat bersifat genetik maupun nongenetik. Kelainan anatomi saluran reproduksi ini ada yang mudah diketahui secara klinis dan ada yang sulit untuk dideteksi, sehingga sulit didiagnosa. Termasuk pada kelompok kedua yang sulit didiagnosa adalah :
• Tersumbatnya tuba falopii
• Adanya adhesio antara ovarim dengan bursa ovarium
• Lingkungan dalam uterus yang kurang serasi
• Fungsi yang menurun dari saluran reproduksi
Yang paling sering dijumpai pada kelompok ini adalah adanya penyumbatan pada tuba falopii. Penyumbatan ini menyebabkan sel telur yang diovulasaikan dari ovarium gagal mencapai tempat pembuahan yaitu di ampula dan sel mani juga terhalang untuk mencapai tempat pembuahan, sehingga proses pembuahan gagal. Tuba falopii yang buntu dapat berbentuk :
• Adhesio dinding tuba
• Adhesio antara ovarium dengan bursa ovarii
• Salpingitis baik akut maupun kronis
• Hidrosalping
• Kista pada saluran tuba
• Piosalping
• Hipoplasia tuba falopii yang bersifat genetik
• Populasi m.o yang terlalu banyak di dalam uterus, serviks atau vagina

3.2. Gangguan hormonal
Adanya gangguan pada sekresi hormon gonadotropin (FSH dan LH) dan hormon estrogen akan menyebabkan terjadinya kegagalan fertilisasi. Kasus-kasus seperti silent heat (birahi tenang) dan subestrus (birahi pendek) disebabkan oleh rendahnya kadar hormon estrogen, sedangkan untuk kasus delayed ovulasi (ovulasi tertunda), anovulasi (kegagalan ovulasi) dan sista folikuler disebabkan oleh rendahnyanya kadar hormon gonadotropin (FSH dan LH).

a. Kadar estrogen yang rendah
Rendahnya kadar estrogen dalam darah karena defisiensi nutrisi : β karotin, P, Co dan berat badan yang rendah akan menyebabkan kejadian silent heat dan subestrus padi sapi. Kejadian in sering terjadi pada sapi post partus. Pada kasus silent heat, proses ovulasi berjalan secara normal dan bersifat subur, tetapi tidak disertai dengan gejala birahi atau tidak ada birahi sama sekali. Diantara hewan ternak, silent heat sering dijumpai pada hewan betina yang masih dara, hewan betina yang mendapat ransum dibawah kebutuhan normal, atau induk yang sedang menyusui anaknya atau diperah lebih dari dua kali dalam sehari. Sedang pada kejadian sub estrus, proses ovulasinya berjalan normal dan bersifat subur, tetapi gejala birahinya berlangsung singkat / pendek (hanya 3-4 jam). Sebagai predisposisi dari kasus silent heat dan sub estrus adalah genetik.
Hormon LH pada kejadian silent heat dan sub estrus mampu menumbuhkan folikel pada ovarium sehingga terjadi ovulasi, tetapi tidak cukup mampu dalam mendorong sintesa hormon estrogen oleh sel granulosa dari folikel de Graaf sehingga tidak muncul birahi.

b. Kadar hormon gonadotropin yang rendah (FSH dan LH)
Rendahnya kadar hormon LH dalam darah dapat menyebabkan terjadinya delayed ovulasi (ovulasi tertunda) dan sista folikuler. Karena rendahnya kadar LH, fase folikuker diperpanjang sehingga yang seharusnya folikel mengalami ovulasi dan memasuki fase luteal tertunda waktunya atau tidak terjadi sama sekali. Gejala yang nampak dari kasus ini adalah kawin berulang (repeat bredeeer).
Pada kasus anovulasi (kegagalan ovulasi), folikel de Graaf yang sudah matang gagal pecah karena ada gangguan sekresi hormon gonadotropin yaitu FSH dan LH.

3.3. Abnormalitas sel telur
Ketidakseimbangan hormon-hormon reproduksi dapat mengganggu proses ovulasi. Ovulasi yang tidak normal dapat menghasilkan sel telur yang tidak normal.
Beberapa bentuk abnormal dari sel telur adalah :
• Degenerasi sel telur
• Zona pelusida yang sobek atau robek
• Sel telur yang muda
• Sel telur yang bentuknya gepeng, oval (lonjong)
• Mini egg cell dan giant egg cell
Adanya abnormalitas pada sel telur akan menyebabkan kegagalan pada proses fertilisasi sehingga sapi yang telah di IB tidak bunting.

Cara Mengetahui (Evaluasi) Sapi Betina Bunting Setelah Dilakukan IB atau Perkawinan
Secara garis besar ada dua indikasi dalam menentukan kebuntingan pada hewan betina yaitu :
1. Indikasi kebuntingan secara eksternal
2. Indikasi kebuntingan secara internal (Pemeriksaan per rektum)
Indikasi kebuntingan secara eksternal jangan dijadikan patokan baku kebuntingan, karena beberapa hewan dapat memperlihatkan anomali walaupun memperlihatkan tanda tersebut. Diagnosa pasti kebuntingan hanya dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan per rektum.

1. Indikasi kebuntingan secara eksternal, meliputi :
a. lewat catatan/ recording
b. adanya anestrus
c. pembesaran abdomen sebelah kanan secara progresif
d. berat badan yang meningkat
e. adanya gerakan fetus
f. gerakan sapi melambat
g. bulunya mengkilat
h. sapi menjadi lebih tenang temperamennya
i. kelenjar air susu membesar secara progresif.

2. Indikasi kebuntingan secara internal
Dapat dilakukan secara per rektum. Cara ini lebih mudah, praktis, murah dan cepat. Dapat dilakukan setelah 50-60 hari perkawinan. Dengan cara ini dapat ditentukan adanya :
1. perubahan pada kornu uteri
2. adanya kantong amnion
3. adanya pergelinciran selaput janin
4. adanya fetus
5. adanya plasentom dan fremitus

Apabila dari kedua indikasi tersebut menunjukkan bahwa ternak sapi belum mengalami kebuntingan, maka sapi siap dikawinkan kembali hingga birahi berikutnya.
Jika kita berada di pasar hewan dan disuruh memilikan sapi yang bunting cara yang dapat kita lakukan adalah dengan melihat kondisi fisik dari sapi, lalu melakukan tanya jawab dengan pedagang yang sapinya menunjukan gejala bunting tentang catatan siklusnya/perkawinannya, dan untuk pastinya dengan pemeriksaan per rektum jika diijinkan oleh pedagangnya.

Sumber : Pusat Pemberdayaan Masyarakat Veteriner “Jogjavet” (http://jogjavet.wordpress.com/2008/ 03/18/sapi-tidak-bunting-meski-sudah-di-inseminasi-buatan-ib/)

Pemeriksaan 30 hari
60 hari, 90 hari, 120 hari setelah IB pada sapi

Degradasi Selulosa

Oleh : Achmad Prafitdhin

Selulosa merupakan serat kasar yang terdapat pada hijauan. Selulosa merupakan sumber polisakarida atau bahan pakan sumber energi untuk menghasilkan VFA (Volatile Fatty Acid). Pada ternak ruminansia serat kasar menjadi sangat penting, bahan ini digunakan dalam membantu proses pencernaan makanan. Disamping itu, serat kasar pada ruminansia juga akan didegradasi dalam rumen dengan bantuan bakteri, protozoa, dan jamur. Ketiga jenis mikroorganisme tersebut mampu merombak serat kasar pada bahan pakan hijauan sehingga mampu diserap oleh dinding usus secara sempurna.
Bahan pakan yang akan didegradasi terlebih dahulu adalah lignin. Tanaman memiliki beberapa ikatan untuk membentuk bagian tubuhnya. Dengan terpecahnya ikatan lignin, selulosa masih terikat oleh hemiselulosa.
Perombakan lignin dilakukan oleh bakteri lignolitik dan jamur. Ikatan lignin sangat kuat, terlebih pada tanaman yang telah berbuah (jerami padi, tebon jagung kering) akan memiliki lignin yang lebih banyak. Setelah lignin dirombak, maka bakteri perombak selanjutnya adalah bakteri hemiselulolitik yang merombak hemiselulosa dengan bantuan enzim hemiselulase yang dimiliki oleh bakteri tersebut. Kemudian, setelah ikatan lignin dan hemiselulosa putus / terdegradasi, baru selulosa bisa didegradasi.
Selulosa dirombak oleh bakteri selulolitik dalam rumen dengan bantuan enzim selulase sehingga menghasilkan selubiosa. Selanjutnya, selubiosa dirombak menjadi glukosa 1- fosfat. Setelah itu, gllukosa 1-fosfat akan masuk ke dalam jalur glikolisis, menjadi piruvat dan akhirnya masuk ke dalam siklus Krebs. Dari kedua jalur tersebut akan diperoleh 38 ATP. Pakan didegradasi dalam rumen kurang lebih enam sampai tujuh jam selanjutnya diproses masuk ke omasum dan abomasum.
Struktur berkristal pada selulosa serta adanya lignin dan hemiselulosa pada sekelilingnya akan menghambat selulosa untuk dihidrolisis dan didegradasi. Sehingga selain memang selulosa diikat oleh dua bahan pembentuk struktur tanaman tersebut, memang selulosa juga memiliki struktur berkristal.
Silika merupakan sejenis kaca yang terdapat pada lapisan luar tubuh tanaman. Silika memiliki fungsi yang hapir sama dengan lignin, yaitu menjaga tanaman agar tidak mudah rusak oleh ancaman fisik, kimia dan biologis. Silika sangat sulit dirombak oleh bakteri, bahkan oleh jamur.
Zat anti nutrisi yang diberikan pada ternak ruminansia harus dibatasi pemberiannya. Ternak ruminansia memanfaatkan bakteri dalam rumen untuk merombak bahan pakan yang masuk. Jika bakteri, protozoa dan jamur dalam rumen terkena zat anti nutrisi, maka sedikit banyak kerja mikroorganisme akan terganggu / terhambat. Sehingga pemberian bahan pakan yang mengandung zat antinutrisi diberikan dalam jumlah yang sesuai. Contoh antinutrisi, biji kapuk menghasilkan gosipol dan lamtoro menghasilkan mimosin. Pada lamtoro, antinutrisi mimosin akan berakibat kerotokan rambut pada ruminansia jika dalam pemberian dalam jumlah besar dan terus menerus. Sehingga pemberian bahan pakan yang mengandung zat antinutrisi perlu diperhatikan dengan seksama.
Keasaman dalam rumen adalah 6,5. Suhu 39 derajat Celsius. Komposisi gas 65% CO2; 35% CH4. Komposisi VFA 60 mM asetat, 20mM propionat, dan 10 mM butirat. Mikroba bakteri (10 10-11/g isi rumen), protozoa (10 5-6/g isi rumen), dan jamur (10 3-5/g isi rumen). Bakteri menempati bagian cairan dari rumen, sedangkan protozoa bertempat di bagian tengah atau setengah cair dan setengah padat, dan jamur berada pada bagian padatan dalam rumen.

ISOLASI DNA, POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR), DAN DETEKSI DNA MELALUI ELEKTROFORESIS

Oleh :
Achmad Prafitdhin

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETRNAKAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2009

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Pengenalan isolasi DNA sangatlah penting, mengingat bioteknologi pada akhir-akhir ini sangat maju. Terlebih untuk bidang biologi molekuler. Beberapa bakteri telah berhasil diintroduksi ke dalam tanaman – padi, kapas, dan kedelai. Pentingnya bioteknologi untuk perkembangan keanekaragaman hayati dimasa mendatang memerlukan sebuah keterampilan dan pemikiran. Melalui isolasi DNA tersebut paling tidak akan menjadi pembelajaran bagi mahasiswa mengenai cara pengumpulan DNA dari darah sapi.
Pengetahuan DNA lebih ditekankan untuk hewan, – sapi – perbedaan garis pada foto menunujukkan perbedaan bangsa, tampilan fisik, dan mungkin akan mengarah kepada tampilan produksi. Praktikum isolasi DNA darah sapi memang tergolong memerlukan waktu yang relatif lama, namun sebanding dengan ilmu yang diperoleh.
Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan alat yang dapat menunjang proses isoasi DNA. PCR merupakan teknik untuk mengamplifikasi DNA dalam jumlah kecil melalui proses enzimatik secara in vitro. Penggandaan yang dilakukan PCR bertujuan untuk memperbanyak jumlah DNA agar dalam isolasi dapat diperoleh DNA dalam jumlah besar. Biasanya mesin itu digunakan sebagai amplifkasi DNA mikroorganisme.
Deteksi DNA melalui elektroforesis dapat dilakukan dengan gel agarose dan gel polyacrilamide. Namun, pada praktikum kali ini menggunakan gel agarose. Karena jumlah DNA yang hanya mencapai 10 ng mampu terdeteksi oleh gel agarose. Proses elektroforesis gagal dilakukan, waktu dan arus yang terlalu tinggi ditengarahi menjadi faktor utama kegagalan tersebut.

I.2 Rumusan Masalah
Terdapat beberapa rumusan masalah pada praktikum isolasi DNA, polymerase chain reaction (PCR), dan detaksi DNA melalui elektroforesis, yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana cara melakukan isolasi DNA pada darah sapi?
2. Bagaimana cara kerja PCR terhadap amplifikasi DNA?
3. Bagaimana deteksi DNA melalui elektroforesis?

I.3 Tujuan
Adapun tujuannya adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui cara melakukan isolasi DNA pada darah sapi.
2. Untuk mengetahui cara kerja PCR terhadap amplifikasi DNA.
3. Untuk mengetahui deteksi DNA melalui elektroforesis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

DNA (deoxyribonucleic acid) adalah materi genetik yang terdapat di dalam inti sel makhluk hidup. Materi itu berbentuk seperti tangga. Bukan tangga yang lurus, tetapi tangga yang berpilin. Kedua sisi tangga dihubungkan oleh anak tangga. Pada DNA, hanya ada dua jenis anak tangga, yaitu anak tangga yang dibentuk oleh pasangan basa nitrogen Adenin dan Timin (A-T) dan basa Guanin-Citosin (G-C) (Warta Medika, 2008).
Isolasi DNA dapat juga disebut sebagai ekstraksi DNA. Ekstraksi DNA melibatkan penambahan beberapa bahan kimia. Pertama, sodium Dodecylsulfate (SDS) dan Proteinase Kare ditambahkan untuk membuka dinding sel sepanjang protein yang melindungi molekul DNA selagi mereka ada di dalam kromosom. Selanjutnya campuran phenol/cloroform ditambahkan untuk memisahkan protein dari DNA. DNA menjadi lebih dapat larut di dalam air yang mengandung campuran organic-aqueous. Ketika proses sentrifuge, bekas peninggalan protein dan selular yang tak dikehendaki dipisahkan dari tahap yang mengandung air dan menggandakan molekul DNA sehingga dapat ditransfer dengan baik untuk dianalisa. Beberapa protokol melibatkan dialisa centricon 100 (Millipore, Billerica, MA) dan konsentrasi di tempat timbulnya ethanol dan untuk memindahkan heme inhibitors. Sementara metoda ekstraksi bekerja dengan baik untuk recovery bobot DNA dengan molekul tinggi, ini adalah waktu menggunakan bahan kimia yang penuh resiko dan memerlukan contoh untuk ditransfer antara banyak tabung (faktanya ini menaikkan resiko kesalahan dan kontaminasi (Anonim, 2006).
Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah cara in vitro untuk memperbanyak target sekuen spesifik AN untuk analisis cepat atau karakterisasi, walaupun material yang digunakan pada awal pemeriksaan sangat sedikit. Pada dasarnya PCR meliputi tiga perlakuan yaitu:denaturisasi, hibridisasi dari "primer" sekuen DNA pada bagian tertentu yang diinginkan, diikuti dengan perbanyakan bagian tersebut oleh Tag polymerase; dikerjakan dengan mengadakan campuran reaksi dalam tabung mikro yang kemudian diletakkan pada blok pemanas yang telah diprogram pada seri temperatur yang diinginkan (Prijanto, 1992).
Menurut Abdullah dan Retnoningrum (2003), teknik PCR didasarkan pada amplifikasi fragmen DNA spesifik dimana terjadi penggandaan jumlah molekul DNA pada setiap siklusnya secara eksponensial dalam waktu yang relatif singkat. Teknik ini sangat ideal untuk mengidentifikasi patogen dengan cepat dan akurat. Secara umum proses ini dapat dikelompokkan dalam tiga tahap yang berurutan yaitu denaturasi templat, annealing (penempelan) pasangan primer pada untai tunggal DNA target dan extension (pemanjangan atau polimerisasi), sehingga diperoleh amplifikasi DNA antara 106-109 kali.
Untuk identifikasi dan membedakan ukuran fragmen DNA yang dipisahkan melalui elektroforesis tersebut mutlak diperlukan petanda / marker atau ladder yang disesuaikan dengan besaran suatu standar ukuran (size) DNA yang dinyatakan dalam bp (base pair). DNA marker umumnya dibuat dari hasil pemotongan suatu plasmid dengan enzym restriksi yang akan menghasilkan beberapa fragmen DNA (Soehardjo, 2003).
Elektroforesis DNA merupakan teknik untuk memisahkan sampel DNA berdasarkan atas ukuran (berat molekul) dan struktur fisik molekulnya. Gel yang biasa digunakan antara lain agarosa. Elektroforesis gel agarosa dapat dilakukan untuk memisahkan sampel DNA dengan ukuran dari beberapa ratus hingga 20.000 pasang basa (bp) (Anonim, 2008).
Elektroferesis adalah peristiwa pergerakan partikel koloid yang bermuatan ke salah satu elektroda. Elektrotoresis dapat digunakan untuk mendeteksi muatan partikel koloid. Jika partikel koloid berkumpul di elektroda positif berarti koloid bermuatan negatif dan jika partikel koloid berkumpul di elektroda negatif berarti koloid bermuatan positif (Anonim,2007; 2008). Penggambaran kejadian elektroforesis seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Perpindahan molekul beruatan negatif ke arah positif.

Molekul DNA bermuatan negatif, sehingga di dalam medan listrik akan bermigrasi melalui matriks gel menuju kutub positif (anode). Makin besar ukuran molekulnya, makin rendah laju migrasinya. Berat molekul suatu fragmen DNA dapat diperkirakan dengan membandingkan laju migrasinya dengan laju migrasi fragmen-fragmen molekul DNA standar (DNA marker) yang telah diketahui ukurannya. Visulisasi DNA selanjutnya dilakukan di bawah paparan sinar ultraviolet setelah terlebih dahulu gel dalam pembuatannya ditambahkan larutan etidium bromid. Cara lain untuk melihat visualisasi DNA adalah gel direndam di dalam larutan etidium bromid sebelum dipaparkan di atas sinar ultraviolet Anonim, 2008).


BAB III
METODE DAN MATERI

III.1 Waktu dan Tempat
Praktikum bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Universitas Muhammadiyah Malang, dilakukan pada tanggal 21 dan 28 Mei 2009.

III.2 Alat dan Bahan
III.2.1 Isolasi DNA
Alat :
- Centrifuge - Vacuum
- Tabung ependorf 1,5 ml - Pipet
- Box tempat menyimpan es - Tip
- Pinset - Mikropipet

Bahan :
- Tris – HCl - Ethanol 70 %
- EDTA - dH2O
- NaCl - Nonidet P40 (NP40)
- Kantung Plastik - SDS
- Chloroform - Es
- Ethanol absolute - RNAse free DNAse

III.2.2 Polymerase Chain Reaction (PCR)
Alat :
- Mesin PCR - Vortex
- Tabung eppendorf - Tube PCR
- Mikropipet - Centrifuge
- Tabung PCR - Tip

Bahan :
- dH2O - Mg²+
- 10 X buffer PCR - Agarose
- dNTP
- DNA Taq polymerase DNA template

III.2.3 Deteksi DNA Melalui Elektroforesis
Alat :
- Microwave - pH meter
- Flask - Timbangan
- Comb - Box plastik
- Timbangan - Elektrophoresis apparatus
- Spatula - Power suplly Mikropipet
- Tray untuk mencetak gel - Tip
- Spatula - Timer
- Magnetic stirrer - Gelas ukur 1 liter
- Gelas beaker - Tabung eppendorf

Bahan :
- 1X buffer TAE (Tris Base, Acetic Acid, EDTA)
- Sampel DNA produk PCR - dH2O
- Molekuler weigt maker - Tape
- Agarose - Sucrose
- Bromophenol blue - Ethidium Bromide

III.3 Cara Kerja
III.3.1 Isolasi DNA
1. Siapkan tabung ependorf 1,5 ml, darah sapi/domba dimasukkan dengan volume 500 μl.
2. Siapkan buffer pengekstrak DNA, larutan yang digunakan untuk ekstraksi DNA sel darah sapi adalah : Larutan I (10 mM Tris pH 7,6; 10 mM KCl; 10 mM MgCl2), Larutan II (10 mM Tris pH 7,6; 10 mM KCl; 10 mM MgCl2 + 0,5 M NaCl; 0,5% SDS; 2 mM EDTA), larutan Nonidet P40 (NP40)
3. Tambahkan 500 μl Larutan I ke dalam tabung ependorf yang telah terisi darah
4. Campurkan dengan cara dibolak-balik sampai campuran larutan tampak encer/jernih
5. Tambahkan larutan 12 μl NP 40 lalu balik-balik secara perlahan
6. Campurkan dengan cara dibolak-balik sampai homogen
7. Lakukan sentrifuse suspensi (point 6) pada kecepatan 2000 rpm, 10 menit, suhu 4ºC, lalu supernatant dibuang.
8. Tambahkan 200 μl larutan II, lalu campurkan hingga pellet larut
9. Tambahkan fenol 40 μl, dan lakukan vortex
10. Lakukan sentrifugasi selama 2 menit pada kecepatan 12.000 rpm
11. Ambil Supernatan
12. Tambahkan 20 μl chloroform, isoamil alcohol (24:1), lalu lakukan vortex
13. Lakukan sentrifugasi selama 2 menit pada kecepatan 12.000 rpm
14. Ambil lapisan paling atas, lalu masukkan ke tabung ependorf baru
15. Tambahkan 40 μl chloroform, isoamil alcohol (24:1), lalu dilakukan vortex
16. Lakukan sentrifugasi selama 2 menit pada kecepatan 12.000 rpm
17. Ambil Supernatan
18. Tambahkan 2 volum ethanol absolute (96%) dingin, tabung dibolak-balik dengan hati-hati, benang-benang diamati (warna putih kekuningan)
19. Lakukan sentrifuse kembali selama 5 menit, kecepatan 12.000 rpm, suhu 4ºC, suoernatan dibuang (hati-hati jagnan sampai DNA ikut terbuang)
20. Cuci Pellet DNA dengan 100 μl ethanol 70%
21. Lakukan sentrifuse kembali selama 5 menit, kecepatan 12.000 rmp, suhu 4ºC, supernatant dibuang (hati-hati jangan sampai DNA ikut terbuang)
22. Keringkan Pellet DNA dengan vacuum/aspirator
23. Larutkan DNA dengan 25 μl TE (10 mM Tris-HCl pH 8,0 dan 1 mM NaEDTA pH 8,0)
24. Simpan DNA hasil isolasi pada suhu -20ºC

Tahap Purifikasi
1. DNA hasil ekstraksi ditambahkan 2 µl RNAse konsentrasi 10 µl/ml atau 10 mg/ml
2. Inkubasi pada suhu 37ºC selama 30 menit
3. Tambahkan TE 7,5 µl
4. Tambahkan phenol 7,5 µl dan 7,5 µl Chloroform kemudian vortex
5. Sentrifugasi selama 5 menit, dengan kecepatan 10.000 rpm, menggunakan suhu 4ºC, lalu ambil supernatant
6. Tambahkan phenol 7,5 µl dan 7,5 µl Chloroform kemudian vortex
7. Sentrifugasi lagi selama 5 menit, dengan kecepatan 10.000 rpm, menggunakan suhu 4ºC, lalu ambil supernatant
8. Tambah dengan 30 µl etanol absolute (96%) dingin, bolakbalik tabung secara hati-hati
9. Sentrifugasi selama 5 menit, dengan kecepatan 10.000 rpm, menggunakan suhu 4ºC, lalu ambil supernatant
10. Tambah dengan 75 µl ethanol 70% (dingin), bolak-balik tabung secara hati-hati
11. Sentrifugasi selama 5 menit, dengan kecepatan 10.000 rpm, menggunakan suhu 4ºC, lalu ambil supernatant
12. Keringkan pellet DNA dengan vacuum/aspirator selama 20 menit
13. Larutkan DNA dengan 25 µl TE (10mM Tris-HCl pH 8,0 dan 1 mM NaEDTA pH 8,0)
14. DNA disimpan pada suhu 4ºC

III.3.2 Polymerase Chain Reaction (PCR)
1. Larutkan DNA genomic hasil isolasi sehinga didapatkan konsentrasi sebesar 10 ng/µl
2. Buat larutan PCR yang terdiri atas :
a. 3 µl template DNA (10ng/µl)
b. 2,5 µ 10X buffer PCR
c. 1 µl mixed dNTP
d. 0,5 µl masing-masing primer (5 µM)
e. 0,1 µl DNA taq polymerase (5U/µl)
f. 18 µl dH2O
3. Campurkan PCR mix solution menggunakan vortex
4. Spin PCR mix solution menggunakan centrifuge
5. Masukkan masing-masing tabung yang berisi larutan PCR ke dalam mesin PCR
6. Lakukan pengesetan program PCR
7. Setelah reaksi PCR selesai (± 3 jam), ambil tabung yang berisi larutan PCR dari dalam mesin PCR
8. Sampel hasil PCR dapat disimpan pada suhu 4ºC untuk disimpan atau dapat digunakan langsung.

III.3.3 Deteksi DNA Melalui Elektroforesis
1. Menutup bagian samping tray dengan menggunakan karet penutup
2. Memanaskan gel agarose 0,8% dengan menggunakan microwaxe sampai mencair sempurna
3. Menunggu larutan agarose agak dingin
4. Menuangkan larutan agarose ke dalam tray, dan hindari gelembung udara
5. Memasukkan Comb ke dalam agarose
6. Setelah agarose menjadi gel dengan sempurna (paling cepat 15 menit), karet dan comb dilepas dengan hati-hati agar gel tidak patah. Gel agarose siap untuk digunakan untuk melakukan electrophoresis
7. Memasukkan gel agarose yang telah beku ke dalam electrophoresis apparatus
8. Memasukkan buffer electrophoresis (TBE 1X) ke dalam electrophoresis apparatus hingga gel terendam
9. Membuang gelembung udara dalam wwell dengan menggunakan mikropipet
10. Menambahkan 0,2 vol buffer loading ke dalam masing-masing sample DNA yang akan diuji
11. Dilakukan Votex dan spain dengan kecepatan maksimum
12. Loading dengan hati-hati setiap sample DNA ke dalam well, hindari DNA sample keluar well
13. Selain itu loading juga control negative (larutan PCR tanpa sample DNA ), control positif (larutan PCR dengan sample DNA yang dapat teramplifikasi) dan moleculas weigt marker
14. Menyalakan power supply. Kondisi elektroforesis adalah 75 mA
15. Proses elektroforesisi berlangsung selama ± 90 menit
16. Setelah proses elektroforesisi selesai, gel diangkat dari apparatus
17. Gel direndam dalam larutan ethidium bromide pada plastic box
18. Meletakkan gel pada box shaker, diamkan 20 menit
19. Setelah selesai, keluarkan gel dari elektroforesis apparatus
20. Cuci gel dengan air selama 15 menit untuk menghilangkan kelebihan ethidium bromide pada gel
21. Gel siap diamati / diambil fotonya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Isolasi DNA
Tahapan praktikum isolasi DNA dan PCR dilakukan dalam satu waktu percobaan. Isolasi DNA memerlukan waktu yang ralatif lama. Praktikum tersebut kurang lebih membutuhkan waktu enam jam.
Isolasi DNA berhasil dilakukan hingga menghasilkan ± 10 ng/µl (3 µl template DNA). Berikut ini adalah gambar proses isolasi DNA, terlihat pada tabung eppendorf.

IV.2 Polymerase Chain Reaction (PCR)
Proses pengamplifikasian DNA pada PCR juga berhasil dilakukan. Setelah berhasil dalam amplifikasi, DNA di simpan dalam freezer dengan suhu 4ºC sampai isolat DNA di deteksi dengan elektroforesis.
DNA pada mulanya utuh dengan memiliki dua pita melilit satu dengan lainnya. Tahap amplifikasi oleh PCR menyebabkan pita DNA mengalami denaturasi (DNA template memisah menjadi utas tunggal). Tahap ini membutuhkan suhu 94ºC. Tahapan selanjutnya adalah primer DNA menempel pada sekuen DNA target, dalam fase annealing ini suhu yang dipergunakan adalah 55-65ºC. Tahap ketiga yaitu elongasi (pemanjangan), primer DNA yang menempel pada sekuen tersebut memanjang sampai mencapai binding site dari pasangang primer lainnya. Suhu yang digunakan pada tahap ketiga tersebut yaitu 72ºC

IV.3 Deteksi DNA Melalui Elektroforesis
Perpindahan molekul DNA dari medan listrik negatif ke arah positif. Cara deteksi DNA pun dengan menggunakan media gel agarosa. Isolat DNA sebelum dimasukkan ditambahkan bahan kimia berupa bhromophenol blue agar warnanya memudahkan pemindaian.
Berikut ini adalah alat elektroforesis (Electrophoresis apparatus) sebagai pemisah molekul DNA positif dan negatif, hasil pemisahan tersebut terlihat pada gel agarose di bawah ini.

Foto berikut ini diambil menggunakan kamera Ultra Violet (UV). Namun akibat waktu perendaman yang terlalu lama pada TBE 1X dengan alat elektroforesis maka DNA gagal berada di gel agarose. DNA terus menembus gel tersebut hingga keluar dari gel. Akibatnya tidak ada satu pun garis cahaya yang muncul pada gel.

Hasil foto Ultra Violet tidak menunjukkan garis-garis pencahayaan, maka proses elektroforesis telah gagal dilaksanakan. Proses yang terlalu lama yaitu 90 menit dengan arus listrik 75 mA ditengarahi menjadi penyebab kegagalannya.
Waktu yang paling optimal dalam elektroforesis yang sebenarnya adalah 30 – 50 menit dengan menggunakan arus 50 mA.

BAB V
KESIMPULAN

Terdapat beberapa kesimpulan dari kegiatan praktikum kali ini. Isolasi DNA berhasil dikerjakan. Tahapan amplifikasi DNA dengan PCR terbagi dalam tiga tahap, yaitu denaturasi, annealing, dan elongasi berhasil dikerjakan. Deteksi DNA menggunakan elektroforesis gagal dilakukan. Foto dengan menggunakan sinar UV gagal memindai pencahayaan yang seharusnya ada di dalam gel. Seharusnya terdapat lima garis dalam gel (sesuai jumlah kelompok). Garis pada gel agarosa yang diharapkan tidak muncul. Hal ini menandakan kegagalan proses deteksi DNA dengan elektroforesis.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Pengumpulan Sampel, Ekstraksi DNA, dan Kuantifikasi DNA (http://www.freewebs.com/pengumpulansampeldna/index.htm). Diakses 2 Juni 2009.

Anonim. 2008. Elektroforesis Gel Agarosa (http://02bios2unsoed.wordpress.com/ tentang/acara-praktikum/3-gel-elektroforesis-dna/). Diakses 3 Juni 2009.

Anonim. 2008. Elektroferisis Dan Dialisis. (http://www.vlsm.org). Diakses 6 Juni 2009.

Anonim. 2007. Elektroforesis. (http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/ 2007/Winiati%20%28044482%29new/1.html). Diakses 6 Juni 2009.

Abdullah, Chainulfiffah dan Retnoningrum, Debbie S. 2003. Deteksi Bakteri Patogen Streptococcus pyogenes dengan Teknik Polymerase Chain Reaction (PCR). Jurnal Natur Indonesia.

Prijanto, Muljati. 1992. Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk Diagnosis Human Immunodeficiency Virus (HIV). (http://www.pcr.htm). Diakses 6 Juni 2009.
Soehardjo, Indrayana Noto. 2003. PCMV-b-Gal Sebagai Bahan Baku Pembuatan Marker DNA yang Mudah dan Murah. (http://www.adln.lib.unair.ac.id/). Diakses 3 Juni 2009.
Warta Medika. 2008. Sidik DNA. (http://www.wartamedika.com/2008/07/sidik-dna.html). Diakses 3 Juni 2009.

Istilah-istilah Kelainan Reproduksi

Oleh: Achmad Prafitdhin

Beberapa hal yang sering muncul pada ternak yang berkaitan dengan gangguan reproduksinya. Sebagian dari hal tersebut sebagai berikut:

Pyometra adalah timbunan nanah dalam uterus. Pada anjing betina, merupakan sindrom penyakit yang berbeda hiperplasia endometrium sistik dan lazimnya berhubungan infeksi oleh berbagai bakteri, terutama Eschercia coli, terjadi selama estrus. Tanda-tanda klinisnya termasuk pembesaran perut, leleran vagina yang pulurenta jika sevik terbuka, poliuria, polidipsia, dan reaksi sitemik dengan demam, anoreksia, depresi, dan enimea. Dapat juga terjadi suatu glomerulonefretis yang diperantarai kekebalan.

Mola hidatidosa atau hamil anggur adalah kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terjadi sebagai akibat kegagalan pembentukan “bakal janin”, sehingga terbentuk jaringan permukaan membran (vili) mirip gerombolan buah anggur

Birahi diperpanjang adalah salah satu diantara gangguan hormonal pada ternak. Diantaranya adalah pemakaian hormon estrogen yang berlebihan dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan terbentuknya anti-estrogen yang berdampak negatif terhadap system hormonal dalam tubuh. Dampak yang timbul yaitu hewan tidak dapat birahi (estrus) normal atau masa kawin diperpanjang.

Tersio uteri adalah pada uterus yang meluntir sekitar 30 derajat ke kanan tubuh induk sehingga proses kelahiran ternak terganggu. Atau dalam masyarakat Jawa sering dikenal sebagai bayi sungsang.

Mumifikasi fetus adalah kematian fetus yang terjadi dipertengahan, atau sepertiga akhir masa kebuntingan, tidak memberikan inhibisi pada corpus luteum. Faktor / suatu keadaan mengapa fetus masih dipertahankan di dalam uterus karena masih adanya fetus yang masih hidup atau adanya corpus luteum yang masih ada, dan ada hubungannya dengan fetus tunggal atau ganda
Mumifikasi yang ada hubungan dengan corpus luteum persisten dijumpai terutama pada sapi dan jarang pada anjing. Karena pemeliharaan gravid pada kedua spesies ini dilakukan oleh progesterone yang dihasilkan corpus luteum, pada spesies lainnya progesterone dihasilkan plasenta fetus setelah pertengahan masa kebuntingan dan corpus luteum telah involusi.
Mumifikasi tidak terjadi dalam 3 bulan pertama masa kebuntingan karena kematian embrio fetus sebelum terjadi tulang biasanya diikuti absorbsi atau resorbsi fetus dan jaringan plasenta, kematian fetus pada bulan-bulan terakhir atau 6 minggu terakhir disertai mumifikasi fetus sering tidak diketahui pada waktu partus (stillbirth). Pada sapi dikenal static fetal carrier. Mumifikasi dapat terjadi dan diikuti oleh invasi ke uterus dan berakibat maserasi dari uterus.

Ada dua tipe mumifikasi yaitu :
1.Tipe hematik
Terjadi perdarahan dengan derajat tertentu antara endometrium dan membrane fetalis. Pada sapi bisa terjadi pada semua umur dan biasanya mengenai satu fetus tapi bisa juga kedua fetus. Pada sapi terjadi pada bulan ke 3-8 masa kebuntingan, tapi umumnya setelah bulan ke 5.bila didiagnosa maka akan dijumpai fetus tetap di uterus walaupun melampaui masa bunting.Penyebabnya : sama dengan sebab-sebab kematian fetus normal, juga bisa disebabkan karena faktor genetik.
2.Papyraceous mummification
Fetus lahir dalam keadaan mati kering terbungkus oleh selubung fetusnya dan selubung ini basah mengkilat. Yang spesifik adalah mummi ini terdapat diantara fetus-fetus lain yang terus tumbuh dan lahir hidup.
Pengeluaran mumifikasi pada fetus :
- 50-80 mg stillbestrol atau 5-8 mg estradiol, menyebabkan relaksasi cervix dan involusi corpus luteum, expulsi fetus.
- ± 80% mumifikasi dengan penyuntikan tunggal estrogen cukup dan fetus keluar 37-72 jam kemudian.
- Dosis tinggi tunggal estrogen biasanya pada sapi berhasil mendilatasi cervix atau expulsi fetus 24-36 jam.
- Konsepsi biasanya terjadi 1-3 bulan selanjutnya.


Ektopik pregnancy adalah suatu keadaan salah posisi dari kebuntingan ternak Kehamilan ektopik (ectopic pregnancy) merupakan kehamilan yang terjadi dimana telur yang telah dibuahi berimplantasi di luar endometrium kavum uteri. Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba, jarang yang berimplantasi di ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, kornu terus yang rudimenter, dan divertikel pada uterus.

Berikut ini adalah keadaan abnormal pada ternak pasca kelahiran:

Abortus adalah keluarnya fetus atau isi uterus bunting dari seekor ternak betina, yang terjadi sebelum saatnya. Lazimnya disebabkan oleh infeksi Brucella, Trichomonas, Vibrio, atau Salmonella. Sumber lain menyebutkan abortus adalah keluarnya fetus prematur hasil pembuahan sehingga terjadi akhir masa kebuntingan dengan fetus mati atau tak mampu hidup. Pada manusia abortus merupakan kehamilan yanng berhenti prosesnya pada umur 20 minggu kebawah, atau berat fetus yang lahir 500 gram atau kurang. Abortus yang terjadi tanpa didahului oleh tindakan apapun disebut abortus spontan, dan yang terjadi akibat sesuatu tindakan sengaja untuk menghentikan proses kehamilan disebut abortus provokatus

Milk fever adalah penyakit gangguan metabolisme yang menimpa sapi betina menjelang atau pada saat melahirkan atau sesudah melahirkan (72 jam setelah beranak). Penyakit ini paling banyak menyerang sapi perah saat 72 jam setelah melahirkan. Penyebab penyakit adalah karena kekurangan Ca (calsium) di dalam darah yang akut. Hal ini menimbulkan gangguan metabolisme mineral, yang dapat berakibat kepada seluruh tubuh sapi. Atau menurut kamus milk fever adalah semacam demam pada sapi perah yang ditimbulkan oleh congesti air susu di dalam ambing, sehingga sekresinya tersendat

Ketosis adalah akumulasi jumlah besar benda keton dalam darah dan jaringan: asam beta – hidroksibutirat, asam asetoasetat dan aseton. Karena dua yang pertama bersifat asam, mereka menyebabkan asidoisis (keadaan patologis akibat akumulasi asam atau kehabisan cadangan alkali/kandungan bikarbonat dalam darah dan jaringan tubuh dengan cirri kenaikan konsentrasi ion hydrogen/penurunan pH. Keseimbangan asam-basa dipertimbangkan dalam aktivitas biologis sel dan berfungsi pada paru dan ginjal). Pada ruminansia disinonimkan dengan asetonem atau toksemi kebuntingan atau keracunan akibat kebuntingan.

Pregnancy toxicemia adalah keracunan kebuntingan akibat ganguan metabolik dalam darah yang disebabkan oleh produk bakteri/mikroorganisme. Toksemi adalah suatu keadaan akibat gangguan metabolik (biasanya disebabkan oleh produk bakteri/toksin dalam darah). Secaraklinis adanya depresi, berpisah denga kelompoknya, nafsu makan menurun, pertumbuhan lambat produksirendah, keluarnya feses rendah, dan suara detak jantung rendah.
Endometritis adalah radang pada endometrium (membrane mukosa pembungkus uterus). Radang pada endometrium uterus ini dapat disebabkan oleh penularan dari berbagai mikroorganisme atau karena peradangan sekunder yang berasal dari bagian lain tubuh sehingga dapat menyebabkan gangguan reproduksi pada hewan betina. Penyebab lain adalah karena kelanjutan dari abnormalitas partus seperti abortus, retensi sekundinarum, kelahiran prematur, kelahiran kembar, distokia serta kelukaan pada saat membantu kelahiran. Endometritis dapat juga disebabkan karena bakteri Streptococcus, Staphylococcus, E. Coli, P. Aeroginosa, C. Pyogenes. Gejala klinis endometritis sering tidak jelas, demikian juga pemeriksaan per rektal atau vaginal khususnya bila peradangan bersifat akut. Endometritis yang kronis disertai dengan penimbunan cairan (hidrometra) atau nanah (pyometra), gejala-gejalanya akan lebih jelas, terutama pada saat induk berbaring, akan ada cairan yang keluar dari vulva yang berbentuk gumpalan nanah. Hal ini disebabkan karena uterus yang mengandung nanah atau cairan tertekan diantara lantai kandang dengan rumen.
Prolapsi adalah keadaan berubahnya letak suatu organ atau struktur. Contohnya rectum atau organ reproduksi betina yang berubah letak sehingga ada yang tampak dari luar. Pada ayam betina yang banyak menghasilkan telur, hal ini sering terjadi.

Retensi plasenta adalah plasenta yang tertahan dalam posisi semula, bila pemisahan lapisan pemindahan ke lokasi lain lebih tepat. Atau tertahannya plasenta dalam rahim. Infeksi uterus selama kebuntingan dapat menyebabkan retensio secundinae/retnsi plasenta. Jasad-jasad renik seperti Brucella abortus. Tuberculosis, Campylobacter foetus dan berbagai jamur menyebabkan placentitis dan kotiledonitis yang mengakibatkan abortus atau kelahiran patologik dengan retansi plasenta. Dengan kata lain retansi plasenta adalah kegagalan pelepasan villi kotiledon foetal dari kripta karunkula maternal. Sesudah foetus ke luar dan chorda umbilicalis putus, tidak ada darah yang mengalir ke villi foetal dan villi tersebut berkerut dan mengendur. Uterus terus berkontraksi dan sejumlah besar darah yang tadinya mengalir ke uterus sangat berkurang. Karunkulae maternal mengecil karena suplai darah berkurang dan kripta pada karunkulae berdilatasi. Pada retensio secundinae pemisahan dan villi foetalis dari kripta maternal terganggu dan terjadi pertautan. Pada plasenta yang mudah dilepas, proses pelepasan disebabkan oleh autolisa villi chorionik. Sesudah beberapa hari terdapat leukosit dan bakteria di dalam placentoma. Oleh karena itu placentitis mudah terjadi. Retensio secundinae sebenarnya adalah suatu proses kompleks yang meliputi pengurangan suplai darah diikuti oleh penciutan struktur-struktur placenta maternal dan foetal, perubahan-perubahan degeneratif, dan kontraksi uterus yang kuat

Sumber :Kamus Istilah Kesehatan Hewan dan Peternakan PHDI Yogyakarta.
Srigando Bambang. Kamus Istilah Peternakan, Fakultas Peternakan
Universi¬tas Dipongoro. UGM Press: Yogyakarta.
http://www.google.com/

Kamis, 18 Februari 2010

PENDIDIKAN BERBASIS BUDAYA

Oleh : Achmad Prafitdhin (21/02/09)

Kepribadian suatu bangsa dapat dilihat dari bagaimana kebudayaan bangsa tersebut. Bila kebudayaan yang ada tinggi dan beradab, maka bangsa itu akan memiliki suatu kepribadian luhur dan berderajat tinggi. Demikian halnya bangsa Indonesia yang berkepribadian luhur. Kebudayaan bangsa ini harus selalu bercermin pada Pancasila. Pancasila telah mengantongi semua kepentingan masyarakat, suku, agama, ras, dan adat istiadat.
Dengan minimnya pendidikan kebudayaan di sekolah, dikhawatirkan akan semakin menenggelamkan jati diri dan kepribadian bangsa Indonesia. Banyak universitas saat ini mulai kekurangan mahasiswa dengan basic jurusan budaya Semakin minimnya keinginan dan minat untuk terus memajukan dan melestarikan kebudayaan daerah akan semakin mengkhawatirkan. Terlebih disaat televisi mempertontonkan budaya lain yang berasal dari luar – barat.
Valentine yang sangat membahana memecah kesunyian hati, diagung-agungkan sepanjang tahun. Dirayakan segenap jiwa raga. Tetapi apakah demikian meriahnya saat pertunjukan ketoprak diadakan. Memang waktu dan keadaan yang membedakan, namun banyak hal yang membuat ketoprak semakin lama dilupakan.
Banyak orang Indonesia tidak percaya diri - guru, dosen dan mahasiswa, setiap perkataan dan referensi berasal dari Amerika dan Eropa dengan dalih negara tersebut lebih beradab dan lebih maju dari kita. Sebenarnya peradaban kita tidaklah kalah dengan mereka, buktinya Hillary Clinton memuji Indonesia karena sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia bisa menerapkan demokrasi dengan sangat baik – budaya demokrasi.
Jika dibandingkan dengan Amerika yang telah memulai di abad 18 silam, kita tidaklah kalah. Memang tidaklah munafik jika Amerika lebih maju dari segi ilmu pengetahuan dari kita. Namun untuk urusan kemasyarakatan kita tidaklah kalah dengan mereka. Buktinya kaum wanita deberi tempat untuk menjadi pemimpin. Persamaan gender dihormati.
Sebagai bangsa yang besar harus bangga akan kebudayaan dan jati diri bangsa sendiri. Kalaupun merujuk pada bangsa lain harus dengan penyaringan yang baik dan bijaksana. Karena hal itu akan menyangkut kelangsungan generasi muda terhadap budaya nenek moyangnya. Apakah kelak generasi penerus bangsa hanya akan diberi suatu pengetahuan jika budaya yang dipakai atau dipertunjukkan oleh bangsa “itu” dulunya milik bangsa Indonesia. Karena tidak ada yang melanjutkan biarlah bangsa “itu” yang memakai, toh kita masih memiliki yang lain.
Penulis sangat kecewa saat batik, angklung, dan reog diakui oleh negara lain. Tetapi penulis pun tidak bisa apa-apa, sedangkan pemerintah juga kebingungan. Bagaimana menyampaikan dan kepada siapa? Sudah saatnya pemerintah lebih memperhatikan budaya bangsa ini dengan lebih intensif.
Bali dengan budaya yang kental mampu menghidupi masyarakat. Banyak orang datang ke Bali untuk melihat pemandangan alam dan menyaksikan pertunjukan kesenian yang ada di sana. Bali memiliki karakter budaya Indonesia. Sebenarnya banyak tempat-tempat lain yang berkarakter tetapi belum digali dan digarap secara maksimal, mulai dari Sabang sampai Merauke.
Demikian banyaknya sarjana-sarjana asing datang ke Indonesia untuk belajar kebudayaan bangsa ini. Karena dianggap memiliki kebudayaan yang unik dan beraneka ragam. Setiap daerah di Indonesia memiliki budaya masyarakat sendiri. Antar kecamatan dalam satu kabupaten pun akan memiliki budaya sendiri dalam berbagai hal. Mulai dari kebiasaan sehari-hari sampai masalah akhir dari suatu kehidupan - kematian. Karena manusia akan meninggalkan budayanya pada masyarakat. Sedangkan manusia Indonesia sangat banyak dan beraneka ragam.
Memang sulit mempertahankan kebudayaan di tengah ekonomi global dan informasi global seperti sekarang ini. Orang lebih mementingkan urusan ekonomi dari pada kepentingan budaya. Sebenarnya kita bisa hidup dengan hanya mengandalkan budaya, bertani bercocok tanam, beternak, membuat kerajinan, menari seperti nenek moyang kita dahulu. Itu semua telah dibuktikan mesyarakat Bali dan Lombok yang bisa hidup dari budaya dan alam. Jika bangsa ini mau, Indonesia akan tetap bisa menjadi macan penggerak perekonomian global dunia dengan hanya menjual kebudayaan. Bangsa ini membuat kain – ulos, batik, dan tenun lain - yang menjadi ciri khas dan menjadi suatu budaya di masyarakat lalu menjualnya ke luar negeri. Dengan kekayaan budaya yang demikian banyaknya tidak akan mengurangi keluhuran bangsa pada mata dunia, tetapi justru menambah tinggi derajat kita di mata dunia.
Budaya Islam yang berakulturasi secara baik di Indonesia belum tentu ada pada negara lain di dunia. Dengan gaya arsitektur khas perpaduan budaya setempat dengan budaya arab menjadikan masjid-masjid di tanah Jawa berbentuk limas lancip dengan jumlah ganjil, tiga atau lima. Ini merupakan budaya kita sendiri, hasil akulturasi para Wali yang dengan bijaksana dan arif membangun budaya demi kelangsungan Islam tersebar dan tersiar di seluruh pelosok tanah air.
Pendidikan budaya sepertinya “harus” lebih intens lagi diajarkan di sekolah-sekolah di seluruh tanah air. Bagaimana kita menyaring suatu budaya asing tetapi kita pun juga tidak ketinggalan trend. Perpaduan budaya setempat dengan budaya asing akan menghasilkan budaya baru bagi masyarakat. Kalau Bang Haji Roma Irama mampu mengakulturasi musik India dengan musik Melayu yang menghasilkan musik Dangdut yang demikian hebatnya di mata dunia. Seperti itulah seharusnya pendidikan budaya yang kelak diharapkan.
Mempelajari budaya sebenarnya menjadikan orang lebih segar dan berpikir lebih bijak. Budaya membentuk suatu golongan masyarakat dengan sistem dan norma, jika dikaji lebih lanjut akan menghasilkan sesuatu yang besar biasa diberi nama masyarakat madani. Masyarakat madani adalah masyarakat yang memiliki budaya yang berkarakter dengan segala kebaikan yang mengiringinya. Budaya madani tidaklah kaku, namun kondisional sesuai dengan keadaan jaman sekarang dengan tidak mengesampingkan filter untuk menyaring budaya baru yang dirasa kurang cocok.
Salah satu yang menjadikan banyak kaburnya suatu budaya karena memang keadaan yang memaksa, baik dari masyarakat yang menjadi pelaku budaya itu sendiri ataupun pihak luar yang sengaja membuat demikian. Seperti halnya wayang. Wayang yang pada jaman Wali Songo dijadikan media dakwah, kini tidak lagi demikian. Banyak dalang yang telah keluar dari pakem (ketentuan) pedalangan sehingga esensi dari suatu wayang menjadi kabur karena telah keluar dari rel. Memang tidak dikatakan budaya apabila tidak ada orang yang melakukan dalam frekuensi yang lama dan terus menerus dengan melibatkan banyak orang menggunakan segala emosi dan spiritualnya.
Budaya orang lain memang bisa cepat merusak budaya sendiri jika pelaku budaya daerah sendirilah yang merusaknya. Karena hanya orang yang berkecimpung disitulah yang mampu “memutarkan.” Budaya bisa berputar dengan sendirinya. Jika orang kalah dengan budaya yang dibentuk oleh orang sebelumnya dengan segala kekurangannya, maka mereka dapat dikatakan telah kalah dengan budaya apabila generasi penerus tidak mampu melawan putaran budaya dengan kekuatan yang lebih besar. Tetapi jika mereka mampu menghentikan budaya nenek moyang secara keseluruhan atau menghancurkan tanpa tersisa, mereka adalah orang yang tidak berbudaya sama sekali.
Budaya ada karena orang, orang membuat dan meninggalkan budayanya masing-masing. Nabi Muhammad sebagai Rosul terakhir membentuk suatu kebudayaan yang sangat tinggi, dengan membuat masyarakat yang sangat baik dengan kepribadian luhur dan jiwa yang besar. Merubah tatanan masyarakat jahiliah menjadi masyarakat baru yang baik dan berakhlak. Namun Rosullullah tidak serta merta meninggalkan semua budaya nenek moyang Beliau yang dianggap baik – haji. Patutlah apabila Nabi Muhammad SAW dijadikan guru teladan dalam hal budaya.
Dari beberapa gambaran yang penulis utarakan di atas, pendidikan berbasic budaya diperlukan untuk membangkitkan kembali kesadaran berbudaya anak negeri. Dengan budaya luhur dan kearifan lokal yang telah dimiliki serta dikembangkan kembali, Indonesia akan menjadi lebih berkarakter. Terutama di kancah peradaban dunia yang saat ini kurang dipandang karena tidak berkarakter. Memang, sekolah salah satunya tempat yang mampu membangkitkan kembali budaya-budaya yang telah tertidur panjang – hibernasi – dari sangat dasar.

SENI PERANG

Disarikan dari Buku Shun Zhi Bing Fa

Perang adalah seni / jalan / tao menipu. Oleh karenanya;
1. Kalau mampu tampaknya tidak mampu,
2. Kalau siap, tampaknya tidak siap,
3. Kalau dekat, tampaknya jauh,
4. Kalau jauh, tampaknya dekat,
5. Kalau musuh mencari keuntungan, pancinglah dia dengan itu.
6. Kalau ia sedang kacau, seranglah dia dan kalahkanlah dia.
7. Kalau ia tak tertandingi, bersiap-siaplah menghadapinya.
8. Kalau ia kuat, hindarilah dia,
9. Kalau ia cepat marah, pancinglah dia,
10. Kalau rendah hati, bangkitkanlah kesombongannya,
11. Kalau ia tenang, buatlah dia letih,
12. Kalau ia harmonis secara internal, taburkanlah perpecahan di antara orang-orangnya,
13. Seranglah dimana ia tidak siap, tempuhlah jalan yang takkan pernah disangkanya,
14. Semuanya ini adalah kalkulasi ahli strategi militer untuk meraih kemenangan – semuanya ini takkan dapat dituntaskan di muka,
15. Kalau memasuki pertempuran, carilah kemenangan yang cepat,
16. Kalau pertempuran berkepanjangan, senjata anda akan tumpul dan pasukan anda akan merosot moralnya,

Faktor mengantisipasi kemenangan:
1. Dia yang mengenal musuh maupun dirnya sendiri
Takkan pernah beresiko dalam seratus pertempuran
2. Dia yang tidak mengenal musuh tetapi mengenal dirinya sendiri
Akan sesekali menang dan sesekali kalah
3. Dia yang tidak mengenal musuh ataupun dirinya sendiri
Akan berisiko kalah dalam setiap pertempuran

Selasa, 16 Februari 2010

ILMU DAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH DAN KULIT

Oleh :
Achmad Prafitdhin


JURUSAN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2009

BAB I
PENDAHULUAN


I.1 Latar Belakang
Limbah menjadi masalah serius manakala tidak ditangani secara serius. Dewasa ini penanganan masalah limbah harus menjadi prioritas utama. Banyak limbah peternakan yang kini mulai disulap menjadi barang bernilai ekonomis tinggi. Dalam praktikum kali ini praktikan mengolah limbah kulit kelinci untuk menjadi kurupuk rambak dan kulit samak. Ceker ayam disulap menjadi kripik ceker dan kulit samak. Feses di olah menjadi kompos dan bioarang kosaplus.
Pembuatan krupuk rambak kulit kelinci sangat mudah. Hal itulah yang melatarbelakangi praktikum ini disamping untuk memanfaatkan limbah. Pembuatan krupuk sangat ekonomis jika ditangani secara serius.
Dibandingkan dengan penyamakan, pembuatan krupuk rambak tidak menimbulkan limbah kimia. Hanya dengan kapur untuk menghilangkan bulu-bulu yang menempel. Pembuatan krupuk rambak kulit kelinci juga bermanfaat untuk memberikan informasi kepada masyarakat untuk membuat hal yang sama.
Kulit akan memiliki nilai ekonomis tinggi manakala telah mengalami penyamakan. Kulit menjadi lebih awet karena telah ditempeli macam-macam bahan samak yang sangat kuat dan menjadikan lebih tahan lama. Semua kulit dapat disamak menjadi kulit samak dengan syarat memiliki jaringan kolagen. Jaringan kolagen adalah jaringan ikat kulit yang terdiri dari protein. Jaringan ini tidak boleh hilang dalam proses penyamakan kulit.
Pembuatan kripik ceker sangatlah mudah hanya dengan modal ceker ayam sebagai bahan utama. Ceker ayam dewasa ini mulai diolah menjadi panganan lezat. Kripik ceker menjadi salah satu bentuk pengolahan ceker ayam menjadi olahan berkelas dan berharga mahal. Per kilogram kripik ceker mampu dihargai Rp 100.000,-
Penyamakan kulit kelinci berbulu ini lebih sulit dibandingkan dengan penyamakan yang tidak berbulu. Mempertahankan bulu agar tidak lepas dari kulit menjadi tantangan tersendiri. Dalam praktikum kelompok praktikan kulit mengalami kerusakan sehingga penyamakan kulit gagal.
Perlu diwaspadai, penyamakan kulit sangat banyak menimbulkan limbah kimia. Praktikan sebaiknya menggunakan sarung tangan dalam pengerjaannya. Tujuan penggunaan sarung tangan adalah untuk melindungi kulit kita dari bahan-bahan kimia berbahaya yang digunakan dalam penyamakan kulit.
Kompos menjadi andalan petani akhir – akhir ini. Disamping harganya murah kompos dapat menyuburkan tanah dan mengembalikan nutrisi tanah. Tanah akan rusak jika terus menggunakan pupuk kimia. Sehingga harus menggunakan bahan organic untuk mengembalikan kesuburan dan nutrisi tanah.
Briket batubara telah lama dikenal masyarakat untuk memasak sebagai pengganti bahan dar minyak tanah. Briket kotoran sapi dengan dtambahkan limbah-limbah pertanian akan menjadi salah sau alternative yang tidak kalah hebat jika dikelola dengan tepat dan baik. Kotoran sapi yang biasa dibuang akan lebih bermanfaat.

I.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari praktikum kali ini adalah bagaimana pembuatan krupuk rambak kulit kelinci?

I.3 Tujuan
Tujuan pembuatan krupuk rambak kulit kelinci yaitu :
1. Memberikan pendidikan kepada mahasiswa.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat
3. Memanfaatkan kulit dan limbah untuk dijadikan barang yang lebih bernilai ekonomis.

BAB II
KAJIAN TEORI

Dalam pemanfaatan limbah pada praktikum kali ini praktikan membahas tentang kulit dan kimbah kotoran sapi untuk dijaadikan barang bernilai ekonomis tinggi. Ada beberapa sitilah atau pengertian yang berkaitan dengan pembahasan laporan praktikum kali ini.
Kulit adalah segala macam bentuk kulit yang berasal dari hewan baik diternakkan maupun hewan liar. Ada dua kelompok kulit yaitu hewan besar seperti sapi, kerbau, kuda, dll.atau disebut dengan hides dan hewan kecil seperti kambing, domba, kelinci, dll atau disebut dengan skin (Pancapalaga, 2009).
Feses adalah sisa hasil metabolisme yang dikeluarkan hewan ternak selain unggas sebagai sisa hasil metabolisme tubuh yang tidak dapat diserap oleh tubuh sehingga harus dibuang. Pembuangan feses oleh ternak melalui rektum atau anus.

A. Krupuk Rambak Kulit Kelinci
Krupuk rambak krupuk yang dibuat dari bahan kulit ternak. Biasanya krupuk rambak dihasilkan dari kulit sapi, kerbau dan kuda. Pembuatan krupuk rambak pun sangat sederhana (Karyantina,2008).
Krupuk rambak yang dihasilkan pada praktikum kali ini adalah krupuk rambak yang dihasilkan dari kulit kelinci yang diproses sedemikian rupa sehingga menghasilkan krupuk kualitas baik. Rasa krupuk pun tidak kalah dengan krupuk rambak kulit sapi.

B. Penyamakan Kulit Kelinci Berbulu
Industri Penyamakan kulit sebagai salah satu industri yang proses limbah yang masih sering dipermasalahkan, dan mempunyai konsekwen untuk dapat mencemari lingkungan yang ada disekitarnya baik melalui air, tanah dan udara(Zaenabku 2008).
Tujuan pengawetan kulit mentah adalah untuk menghindari / mencegah agar kulit mentah tersebut tidak busuk karena terserang bakteri, tidak dimakan serangga serta tahan terhadap keadaan sekitarnya. Dasar dari pengawetan kulit adalah untuk mengurangi kadar air dalam kulit mentah sehingga mencapai batas minimum yang diperlukan oleh bakteri pembusuk untuk dapat hidup dan berkembang biak. Biasanya pengawetan kulit mentah dikerjakan dengan cara diracun kemudian dikeringkan, direndam dalam garam jenuh ( 20° - 24° Be ) selama kurang lebih 24 jam, dan ada pula dilakukan dengan ditaburi garam direndam dalam garam jenuh, dan dapat diawet degan cara diasamkan (pikel) (Anonim, 2009).
Industri penyamatan kulit adalah industri yang mengolah kulit mentah (hides atau skins) menjadi kulit jadi atau kulit tersamak (leather) dengan menggunakan bahan penyamak. Pada proses penyamakan, semua bagian kulit mentah yang bukan colagen saja yang dapat mengadakan reaksi dengan zat penyamak. Kulit jadi sangat berbeda dengan kulit mentah dalam sifat organoleptis, fisis, maupun kimiawi. Dalam Industri penyamatan kulit, ada tiga pokok tahapan penyamatan kulit yaitu proses pengerjaan basah. (beam house), proses penyamakan (tanning), dan penyelesaian akhir (finishing) (Zaenabku 2008).
Penyamakan kulit merupakan proses produksi yang mengandung limbah yang berbahaya oleh karena itu perlu dilakukan dengan metode teknologi bersih. Yaitu mengurangi atau meminimumkan penggunaan bahan baku, air dan energi serta menghindari bahan beracun dan berbahaya. Sebelum dilakukan penyamakan kulit perlu dilakukan pengawetan terlebih dahulu dengan menggunakan garam atau asap cair untuk kulit yang akan disamak dengan bulunya atau dikeringkan untuk kulit yang akan disamak untuk kulit jaket atau kulit kelinci untuk atasan sepatu. Agar kulit menjadi lemas maka perlu diberi minyak. Minyak yang digunakan dapat menggunakan minyak kelapa atau kuning telur. Bahan-bahan tersebut di atas mudah didapatkan di pedesaan, sedangkan peralatan untuk proses dapat menggunakan ember atau drum penyamakanukuran kecil (Untari 2008).

C. Kripik Kaki Ayam
Tulang cakar ayam dapat diolah menjadi lem (adhesive) yang bermutu tinggi Selain itu, ada satu bentuk hasil olahan cakar ayam yang berupa makanan ringan yaitu keripik kulit cakar ayam. Bahan-bahannya mudah didapat dan cara pengolahannya tidak begitu sulit (Anonim, 2008)
Ceker ayam mengandung protein yang tardapat pada kulit, otot, tulang dan kolagen. Kolagen adalah sejenis protein jaringan ikat yang liat dan bening berwarna kekuning-kuningan. Kolagen juga berguna untuk mempercepat pemulihan jaringan yang luka atau cedera, melindungi jaringan dari cedera kambuhan. Tidak hanya itu, ceker ayam juga bisa mencegah keropos tulang (osteoporosis) (Anisa, 2008).

D. Penyamakan Kulit Kaki Ayam
Cakar ayam dapat diambil kulitnya untuk disamak dan dijadikan barang-barang kerajinan kulit yang cukup berharga. Secara histologis, kulit hewan pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu epidermis, dermis dan hypodermis. Persentase dari masing - masing lapisan kulit sangat berbeda dengan kulit hewan mamalia. Lapisan dermis pada kulit cakar ayam cukup tebal dan lapisan hipodermis lebih tipis. Protein kolagen pengaruhnya sangat dominan karena 90% total protein lapisan dermis terdiri atas protein kolagen (Anonim, 2008) .

E. Kompos
Pupuk kompos merupakan dekomposisi bahan – bahan organik atau proses perombakan senyawa yang komplek menjadi senyawa yang sederhana dengan bantuan mikroorganisme. Bahan dasar pembuatan kompos ini adalah kotoran sapi dan bahan seperti serbuk gergaji atau sekam, jerami padi dll, yang didekomposisi dengan bahan pemacu mikroorganisme dalam tanah (misalnya stardec atau bahan sejenis) ditambah dengan bahan-bahan untuk memperkaya kandungan kompos, selain ditambah serbuk gergaji, atau sekam, jerami padi dapat juga ditambahkan abu dan kalsit/kapur. Kotoran sapi dipilih karena selain tersedia banyak di petani/peternak juga memiliki kandungan nitrogen dan potassium, di samping itu kotoran sapi merupakan kotoran ternak yang baik untuk kompos (Sinar Tani, 2009).
F. Briket Kosaplus (Kotoran Sapi Plus)
Briket kosaplus adalah briket hasil temuan Ir Wehandaka pancapalaga MM. MKes Kepala Jurusan Peternakan, Fakultas Peternakan Perikanan, Universitas Muhammadiyah Malang. Briket kosaplus mulai di sosialisasikan akhir tahun 2008. beberapa komposisi briket adalah feses sapi, arang kayu dan lem kanji. Pemanfaatan limbah feses sapi mulai dikembangkan mulai dari bio gas hingga feses sebagai briket kosaplus.
Briket Kosap Plus adalah bioarang. Bioarang adalah biomasa yang berasal dari limbah pertanian dan peternakan yang merupakan bahan tidak berguna tetapi dapat dimanfaatkan menjadi sumber energi alternatif (Pancapalaga, 2008 dalam Prafitdhin, 2008).

BAB III
OPERASIONALISASI

III.1 Waktu dan Tempat
Adapun tempat dilakukannya praktikum adalah Laboratorium Peternakan, Fakultas Peternakan Perikanan Universitas Muhammadiyah Malang. Dilaksanakan pada tanggal 1 – 29 April 2009.

III.2 Alat dan Bahan
A. Krupuk Rambak Kulit Kelinci
1. Kulit kelinci
2. Kapur/ gamping
3. Air
4. Ember
5. Pisau
6. Panci
7. Kompor
8. Nampan
9. Bumbu-bumbu (bawang putih, ketumbar, dan garam)

B. Penyamakan Kulit Kelinci Berbulu
1. Kulit kelinci
2. Wetting agent
3. Soda abu
4. Formalin
5. Asam sulfat
6. Garam
7. Krom
8. Asam formiat
9. Air bersih
10. Syinthan
11. Minyak sulphonasi
12. Anti jamur
13. Timbangan
14. Ember
15. Pisau
16. Kompor
17. Panci

C. Kripik Kaki Ayam
1. Kulit kelinci
2. Kapur/ gamping
3. Air
4. Ember
5. Pisau
6. Panci
7. Kompor
8. Nampan
9. Bumbu-bumbu (bawang putih, ketumbar, dan garam

D. Penyamakan Kulit Kaki Ayam
1. Kaki yam
2. Air bersih
3. Wetting agent
4. Na2S
5. Kapur
6. Degressing agent
7. Asam Formiat
8. Za
9. Batting agent
10. Garam
11. Zat penyamak nabati
12. Cuka
13. Syinthan
14. Leveling agent
15. Cat dasar
16. Minyak sulphonasi
17. Casein
18. Seterika
19. Ember
20. Pisau
21. Timbangan
22. Panci
23. Kompor

E. Kompos
1. Feses
2. Kantong plastic
3. Rumput
4. Kapur / gamping
5. Ember
6. Timbangan
7. EM 4

F. Briket Kosaplus (Kotoran Sapi Plus)
1. Feses
2. Arang kayu
3. Lumpang dan alu
4. Ayakan
5. Tepung kanji
6. Kompor
7. Panci
8. Ember
9. Alat pencetak briket
III. 3 Cara Kerja
A. Krupuk Rambak Kulit Kelinci
1. Cuci bersi kulit kelinci
2. Rendam kulit kelinci dengan air kapur/gamping 2% dari berat kulit dan air 200%
3. Keesokan harinya di cek, kalau bulu sudah mudah dicabut berarti telah siap
4. Cabuti bulu hingga bersih
5. Potong-potong kulit kelinci menurut selera (5cm)
6. Rebus hingga benar-benar empuk (10menit)
7. Bumbui hasil rebusan kulit kelinci dengan bawang putih, ketumbar, penyedap rasa, dan garam
8. Ratakan bumbu agar masuk meresap kedalam bahan
9. Jemur hingga kering (3-4 hari)
10. Bahan kering siap digoreng menjadi krupuk rambak kulit kelinci

B. Penyamakan Kulit Kelinci Berbulu
1. Cuci bersih kulit kelinci
2. Timbang kulit kelinci, tambahkan 200% air, 3% formalin 90’ dan 120’, 0,5% soda kue 30’ dan esok harinya putar 30’. Cuci bersih, lakukan fleshing dan timbang beratnya.
3. Lakukan picling dengan 10% garam 10’, 0,5% asam formiat (2x15’), 1,5% asam sulfat (3x20’), putar 60’ dan cek pH (2,5-3), keesokan harinya putar 30’ lalu cek pH kembali (3 – 3,5)
4. Lakukan tanning dengan 100% air pickle, tambahkan 8 – 10% zat penyamak mineral 120’, 1,5% soda kue(3x15), putar 120’ dan 180’ lalu cek pH (3,8 – 4), eok harinya putar 60’ lalu cuci bersih
5. Lakukan washing dengan 300% air 40 C, 0,5 asam formiat 15’, 0,25 FA 20’ lalu cuci bersih
6. Lakukan retanning dengan 200% air 40 C, 5% syintahn 30’ lalu cuci bersih
7. Lakukan fat liquiring dengan 150% air 60 C, 7% mminyak sulphonasi 60’, 1%FA 20’, 0,02% anti jamur 10’ lalu cek pH (3,7), lalu cuci bersih, bongkar dan keringkan.

C. Kripik Kaki Ayam
1. Cuci bersih kaki ayam
2. Rebus kaki ayam agar agak lunak
3. Kuliti kaki ayam dengan cermat
4. Cuci bersih kembali hasil pengulitan
5. Campur dengan bumbu-bumbu bawag putih, penyedap rasa, ketumbar, dan garam
6. Jemur hingga kering (3-4 hari)
7. Bahan kering siap digoreng

D. Penyamakan Kulit Kaki Ayam
1. Pilih kaki ayam yang sempurna, tidak ada luka gores atau akibat penyakit
2. Kuliti kaki ayam dengan hati-hati agar tidak sobek terkena pisau
3. Lakukan liming dengan 300% air , 3% Na2S (2x30’), tambahkan kapur 4%, 0,5 degreasing agent 15’ & (4x30’), rendam semalam, esoknya putar 10’, cuci dan bongkar
4. Lakukan fleshing dan timbang beratnya
5. Lakukan deliming, bating, dan degeasing dengan 200% air, 1%Za 30 menit, 0,5% FA 30’, 1% bating agent 30’, 1%degeasing agent 30’ dan cuci bersih
6. Lakukan pickling dengan 100% air, 8% garam 10’, 1% FA (2x20’), aduk 60’ lalu cek pH (4,5), rendam semalam dan esoknya aduk 10’ lalu cek pH kembali (5-6)
7. Lakukan tanning dengan 100% air pckle, 15% zat penyamak nabati (5x20’), aduk 120’ tambahkan cuka30%, lalu cek pH (5,5 – 6), esoknya aduk 15’ lalu cuci bersih
8. Lakukan retanning dengan 150% air 40 C, 5% syinthan 60’
9. Lakukan dyeing dan fat liquoring engan 150% air 40 C, 0,5 leveling agent 10’, tambahkan 0,5% - 1% cat dasar 60’, tambahkan 50% air 60 C, 5% minyak sulphonasi 60’, 1% FA 30’ lakukan cek pH (5) lallu cuci dan keringkan
10. Lakukan staking, buffing, dan trimming setelah kulit kering
11. Kulit diulas dengan 20 gram casein dan 60 ml air lalu seterika dengan suhu 90 C selama 2 menit
12. Kulit samak jadi

E. Kompos
1. Timbang 2 kg feses dan 1 kg rumput
2. Tambahkan 2 tutup botol EM 4 yang telah dicampur air 1 0,5 liter
3. Ratakan dengan penambahan gamping
4. Masukkan ke dalam kantong plastic
5. Tunggu 2 – 3 minggu berikutnya agar kompos benar-benar matang
6. Ukur pH

F. Briket Kosaplus (Kotoran Sapi Plus)
1. Keringkan feses sapi
2. Tumbuk arang kayu dan ayak
3. Tumbuk feses kering lalu ayak
4. Buat ukurang perbandingan dengan campuran arang dan feses dengan perbandingan 2 : 1, 1 : 1 dan seluruhnya feses
5. Tambahkan larutan tepung kaji yang telah direbus hingga benar – bnar menyatu
6. Cetak dengan cetakan dengan terlebih dahulu dipadatkan
7. Jemur hingga kering
8. Briket kering siap digunakan untuk memasak

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Krupuk Rambak Kulit Kelinci
Krupuk kulit kelinci kering dalam waktu 4 hari lalu di goreng, hasilnya krupuk gurih, bumbu meresap dan bisa mengembang dengan baik.

B. Penyamakan Kulit Kelinci Berbulu
Penyamakan kulit kelinci yang dilakukan gagal total karena kesalahan dalam pemberian bahan kimia yaitu seharusnya soda abu salah diberi soda api. Hasil yang diperoleh bulu terlepas dari kulitnya. Lemak sulit dihilangkan meskipun telah dilakukan perendaman dengan tepol. Penyamakan gagal dalam proses tanning menuju washing kembali. Bulu rontok.

C. Kripik Kaki Ayam
Kripik kaki ayam kering dalam waktu 4 hari lalu di goreng, hasilnya gurih, bumbu meresap dan bisa mengembang dengan baik. Belum ada rasa yang spesifik karena kripik kaki ayam belum dibumbui dengan aneka bumbu seperti balado dan bumbu pedas.

D. Penyamakan Kulit Kaki Ayam
Penyamakan kaki ayam berhasil dilakukan. Penyamakan kulit ini dilakukan dalam waktu satu minggu. Dengan aneka macam proses mulai pemilihan kaki ayam, pengulitan, liming, fleshing, deliming, bating, degeasing, pickling, tanning, retanning, dyeing dan fat liuoring, sampai penjemuran. Warna coklat muda saat kulit kering. Tekstur kulit miip kulit ular atau kulit buaya.

E. Kompos
Setelah 2 minggu di fermentasi di dalam kantong plastic kompos jadi dengan warna coklat hijau, tidak ada bau feses, struktur kompos masih belum terdegradasi seluruhnya, terdapat jamur. Keadaadn lembab. pH yang dihasilkan netral yaitu 7.

F. Briket Kosaplus (Kotoran Sapi Plus)
Briket berhasil dibuat dengan macam-macam perbandingan feses dan arang kayu yaitu 1 : 2, 1 : 1, dan seluhnya feses. Briket kering setelah satu minggu dan siap dibakar.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kesimpulan praktikum limbah dan kulit adalah semua limbah peternakan bias dimanfaatkan untuk mendatangkan uang. Nilai ekonomis limbah peternakan sangat tinggi jika bisa mengolah dengan ilmu dan teknologi yang tepat. Dalam praktikum limbah yang berupa feses bias diolah menjadi kompos yang bernilai tinggi dan briket kosaplus yang menjadi andalan jurusan peternakan saat ini. Kulit apapun yang memiliki jaringan kolagen dapat di samak menjadi kulit samak berharga mahal tidak terkecuali kulit kelinci dan kulit ceker ayam.

Saran
Saran dutujukan kepada seluruh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang. Bahwa semua limbah dapat diolah asalkan kita mau dan mampu dengan dibarengi oleh ilmu dan teknologi yang tepat. Berfikirlah kritis dan mencarilah bahan-bahan limbah yang belum terolah hingga kini yang mampu mendatangkan uang dan bernilai tinggi. Selamat mencoba.

DAFTAR PUSTAKA

Anisa, Tiara. 2008 Ceker Ayam Banyak Manfaat. (http://www.inilah.com/rubrik/ gaya-hidup/kesehatan/). Diakses 5 Mei 2009.

Anonim. 2008. Keripik Kulit Cakar Ayam. (http://caricadieng.wordpress.com/ 2008 /11/10/keripik-kulit-cakar-ayam/). Diakses 5 Mei 2009.

Anonim. 2009. Mengeruk Untung dari Asap Cair pada Bisnis Penyamakan Kulit. (http://id.wordpress.com/tag/asap-cair/). Diakses 23 Maret 2009.

Karyantina, Merkuria. 2008. Rambak Cakar (http://unisri.ac.id/merkuria/?p=43). Diakses 2 April 2009.

Pancapalaga, Wehandaka. 2009. Histologi Kulit. Malang

Prafitdhin, Achmad. 2008. Energi Terbarukan Briket Kotoran Sapi Plus. Diklat Kompas UMM: Malang. Tidak dipublikasikan.

Sinar Tani.com. 2009. Membuat Pupuk Kompos Dari Kotoran Sapi (http://www. sinartani.com/). Diakses 5 Mei 2009.

Untari, S. 2008. Penyamakan Kulit Kelinci dengan Teknologi Tepat Guna sebagai Bahan Kerajinan Kulit dan Sepatu dalam Menunjang Agribisnis Ternak Kelinci. (http://peternakan.litbang.deptan.go.id/). Diakses 5 Mei 2009.

Zaenabku. 2008. Industri Penyamakan Kulit Dan Dampaknya Terhadap Lingkungan. (http://keslingmks.wordpress.com/2008/08/18/ industri-penyamakan-kulit-dan-dampaknya-terhadap-lingkungan/).Diakses 5 Mei 2009.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.2 Rumusan Masalah
I.3 Tujuan

BAB II KAJIAN TEORI
A. Krupuk Rambak Kulit Kelinci
B. Penyamakan Kulit Kelinci Berbulu
C. Kripik Kaki Ayam
D. Penyamakan Kulit Kaki Ayam
E. Kompos
F. Briket Kosaplus (Kotoran Sapi Plus)
A. Krupuk Rambak Kulit Kelinci
III.2 Alat dan Bahan

BAB III OPERASIONALISASI
III.1 Waktu dan Tempat
B. Penyamakan Kulit Kelinci Berbulu
C. Kripik Kaki Ayam
D. Penyamakan Kulit Kaki Ayam
E. Kompos
F. Briket Kosaplus (Kotoran Sapi Plus)
III. 3 Cara Kerja
A. Krupuk Rambak Kulit Kelinci
B. Penyamakan Kulit Kelinci Berbulu
C. Kripik Kaki Ayam
D. Penyamakan Kulit Kaki Ayam
E. Kompos
F. Briket Kosaplus (Kotoran Sapi Plus)
B. Penyamakan Kulit Kelinci Berbulu
A. Krupuk Rambak Kulit Kelinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
C. Kripik Kaki Ayam
D. Penyamakan Kulit Kaki Ayam
E. Kompos
F. Briket Kosaplus (Kotoran Sapi Plus)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

DAFTAR PUSTAKA