Minggu, 03 Juli 2011

Jangan Mudah Menyerah, Terbuat Dari Apa Dirimu?

Oleh : Achmad Prafitdhin S.Pt
20/06/09

Setiap orang memiliki kesempatan yang sama dalam hidup. Tak terkecuali anda. Semua memiliki 24 jam dalam sehari, tujuh hari dalam seminggu, 30 hari dalam sebulan, dan 365 hari dalam setahun.
Apakah anda adalah tipe orang yang memiliki sifat mudah menyerah dengan keadaan? Apakah anda tidak mampu merubah keadaan yang kini anda alami menjadi sebuah kelebihan? Apabila Tukul Arwana mampu memanfaatkan kekurangannya menjadi sebuah kelebihannya, bagaimana dengan anda? Apa potensi kelemahan anda agar bisa menjadi sebuah kelebihan tak tertandingi? Sebenarnya kekurangan dan kelebihan memiliki garis tipis yang saling bersinggungan satu dengan lainnya.

Penyerahan total memang perlu tetapi harus mengetahui konteks permasalahan yang ada. Penyerahan hanya kepada Alloh, bukan kepada lainnya. Namun untuk urusan merubah nasib, kita tidak boleh menyerahkan kepada Alloh. Sedangkan takdir memang telah digariskan Tuhan bagi manusia dan seisi dunia. Bukan berarti bahwa kita bisa merubah nasib kita sendiri, melainkan memang sebagai manusia, seseorang diwajibkan merubah dirinya sendiri.

Semua orang yang hidup hingga usia dewasa dimulai dari lahir, balita, anak-anak, remaja, dewasa, tua, dan mati. Tetapi apakah kita hanya cukup memikirkan kematian, kapan akan datang menghampiri? Bukankah mengisi hidup jauh lebih penting dari pada memikirkan kapan kemungkinan kematian datang?

Dengan ketidaktahuan yang memang diberikan Tuhan, membuat kita berusaha untuk mendapatkannya. Banyak cara untuk mendapatkan pengetahuan, dari sekolah, teman, internet, televisi, masjid, dan jalan, bahkan mungkin kita akan mendapatkan suatu pengetahuan dari seekor binatang – semut. Kalau Tuhan mengabadikan semut dalam surat Semut dalam Al Qur’an, berarti memang banyak pelajaran yang Alloh berikan kepada semua orang melalui semut dan koloninya.

Memang sebagai manusia ada kecenderungan mengabaikan hal-hal yang dianggap remeh temeh, justru melalui hal semacam itulah seharusnya kita banyak belajar. Mengapa kalau hal remeh saja dapat memberi kita sebuah pelajaran hidup, buat apa mencari sesuatu yang besar tetapi jauh dari itu.
Kesalahan yang diperbuat manusia umumnya diulang oleh manusia yang lain. Mengapa sebagai manusia tidak mampu mengambil sebuah pelajaran yang diberikan orang lain untuk dirinya. Kesalahan demi kesalahan terus diulang dan dilanjutkan seperti tidak ada masalah sedikitpun.

Virus mampu mempengaruhi sebuah sel sehingga dia tidak dikenali sel yang bersangkutan akhirnya dia dianggap sama. Namun, apa yang dilakukan virus atas makhluk hidup selalu bersifat buruk. Tidak ada jenis virus yang baik. Apakah kita sebagai manusia senang mempengaruhi orang lain tanpa memikirkan akibatnya? Janganlah menjadi parasit layaknya sebuah virus yang menempel pada dinding sel lalu berkamuflase masuk ke dalam tanpa diketahui sama sekali.

Sifat menyerah sedikit banyak perlu ditinggalkan. Apabila sebagai manusia, kita telah berjuang untuk hidup mulai pembuahan sel sperma ayah kita dengan sel telur milik ibu. Sedikit pengetahuan, bahwa perjuangan sel sperma adalah satu berbanding 150 juta. Pertandingan kecepatan, kecerdasan, ketepatan, dan kedisiplinan sebenarnya telah berkembang sejak menjadi sel sperma. Oleh sebab itu, jika sekarang kita layu oleh keadaan setidaknya sesegera mungkin untuk mengingat hal tersebut.

Sel sperma tidak berhenti sampai di situ saja, dia harus berjuang untuk membuka selaput yang mengelilingi sel telur (cangkang) yang sangat keras – bahkan dengan jarum titanium pun sulit di tembus. Sperma harus mampu menembusnya hanya dengan berbekal kepala yang dilengkapi senjata berupa enzim pemecah cangkang (hyaluronidase). Dengan senjata seminim itu kita mulai dibentuk. Tubuh kita mulai membelah menjadi dua, empat, delapan, enambelas, tigapuluh dua, dan seterusnya. Organ mulai terbentuk sejak janin kita berumur 120 hari, apabila kesalahan replikasi terjadi pada kita entah apa jadinya. Mungkin sekarang kita tidak memiliki tangan, kaki, kepala, dan yang lainnya. Beruntung ibu masih menginginkan keberadaan kita di rahimnya. Dia menjaga setiap gerak tubuh kita. Kekurangan asupan protein pada ibu akan memungkinkan kita cacat (fisik atau mental).

Hari demi hari kita berada dalam ruang gelap tanpa kawan tanpa lawan. Sembilan bulan sepuluh hari kita berada di ruang sempit tersebut. Tiba bulan ke sembilan ibu merasakan gerak kita semakin kencang. Kaki kita menendang. Kepala kita menyendul dinding rahimnya. Kita tidak pernah tahu itu. Tapi sekarang saatnya kita mengetahui dan mengambil sebuah pelajaran atas semua yang telah kita alami selama itu.

Beruntunglanh bahwa kita dilahirkan. Dikeluarkan dari rahim dalam keadaan sempurna. Sebenarnya ibu tidak menginginkan kita menjadi seperti ini – sekarang. Namun keadaan yang merubah pola pikir kita. Setelah kita mengetahui semuannya apa yang akan kita lakukan.

Setelah seorang bayi lahir – kita – ibu dan segenap keluarga tertawa bahagia. Kedua orang tua berdebar ketika akan melihat apakah organ yang kita miliki telah lengkap. Meraka pun merasa bahagia saat kelahiran kita. Namun apakah jadinya sekarang? Bukankah yang kamu lakukan sering memilukan hatinya? Bukankah yang kamu lakukan selalu menyayat hati suci mereka? Bukankah yang kamu lakukan telah menodai cinta mereka? Dan, akankah terus seperti ini?

Bersyukurlah, karena telah dikaruniai orang tua seperti itu. Namun, apakah hanya cukup bersyukur? Kapankah anda menuruti kemauannya?

Berterimakasihlah karena dengan barang tak berguna (sel sperma dan sel telur) anda dilahirkan. Apabila diumpamakan, dari jumlah populasi manusia di di Indonesia, hanya satu yang baik dan menjadi pemenangnya yaitu anda. Anda bisa saja dibuang sesaat setelah dilahirkan. Berkat kebaikan hati mereka anda bisa seperti sekarang ini. Bersyukurlah, bersyukurlah, bersyukurlah dengan merubah kelakuan buruk menjadi lebih baik.