Selasa, 29 Desember 2009

Briket Kotoran Sapi Plus

Oleh : Achmad Prafitdhin*

Apakah anda merasa jijik saat mendengar atau melihat feses? Bagaimana jadinya jika barang kotor ini dipakai untuk bahan bakar memasak? Sepertinya sangat mustahil. Pasti akan mengotori dapur kita.
Jangan salah, kini feses telah dibuat briket sebagai pengganti bahan bakar fosil yang kian hari kian sulit diperoleh, kalaupun ada harganya semakin tidak terjangkau kalangan bawah.
Banyak orang merasa jijik kalau mendengar kata feses. Apalagi kalau melihat langsung disaat makan, mungkin akan mual bahkan muntah. Namun, dibalik “kotornya,” ternyata tersimpan energi besar. Energi yang dihasilkan lebih besar dari pada briket sekam tetapi lebih rendah dari pada briket batu bara. Penemuan itu telah menciptakan alternatif energi baru.
Feses adalah kotoran yang dikeluarkan oleh alat pencernaan hewan dan manusia. Feses merupakan sisa hasil metabolisme tubuh yang tidak terserap oleh alat pencernaan. Sebagai sisa metabolisme, sebenarnya feses masih memiliki sejumlah protein, lemak, dan karbohidrat yang tertinggal di dalamnya.
Kini, barang kotor itu justru dicari-cari karena memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi. Sebelum ditemukannya teknologi dan ilmu mengenai pembuatan kompos dan biogas, feses hanya di biarkan begitu saja. Umumnya peternak hanya menempatkan di sebuah galian tanah sebagai tempat pengumpulannya. Saat sawah atau tanaman mereka memerlukan pupuk, barang menjijikkan tersebut baru diambil. Feses dibiarkan tanpa perlakuan apapun sehingga tidak memiliki nilai tambah secara ekonomi untuk menghasilkan uang yang lebih banyak.
Seiring kebutuhan dan tanggung jawab kepada alam, manusia mulai mengolah limbah agar tidak mencemari lingkungan.Disamping mengurangi polusi feses mampu menghasilkan uang.
Orang semakin kreatif untuk melakukan penelitian-penelitian mengenai barang penuh mikroorganisme itu. Dimulai dari pembuatan kompos, biogas, dan yang terakhir adalah sebagai briket. Pembuatan dilakukan oleh Jurusan Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang dengan nama briket Kosaplus (Kotoran Sapi Plus). Plus dimaksudkan, ada penambahan limbah lain yang berasal dari pertanian.
Teknologi pengolahan yang sederhana tetapi tidak mengurangi esensi kegunaannya. Feses diolah untuk menggantikan briket batubara dan sekam, minyak tanah, kayu bakar, dan bahkan dimungkinkan kelak akan menggantikan LPG.
Feses kering ditumbuk lalu dicampur tumbukan arang kayu dan tepung kanji. Tepung kanji berfungsi sebagai perekat agar bahan tidak pecah saat dicetak. Nilai energinya mencapai 4200 kkal. Bandingkan dengan briket sekam yang hanya menghasilakan energi sebesar 3800 kkal. Memang jauh lebih rendah dari pada briket batubara yang mencapai 7000 kkal.
Kelebihan briket ini adalah tidak menghasilkan jelaga saat dibakar. Selain itu, mampu bertahan menghasilkan bara api selama 2 jam pemakaian per 300 gram. Sangat ekonomis bukan?
Kotoran sapi pasti akan memiliki nilai ekonomis yang tinggi jika diolah. Terlebih bila dikomposisikan dengan berbagai macam bahan limbah lain. Barang menjijikkan itupun akan menjadi pundi-pundi uang. Disamping sangat banyak kotoran sapi belum dimanfaatkan. Tentunya akan lebih bermanfaat dalam mengurangi pencemaran di sekitar peternakan.
Penemuan tersebut setidaknya membuat kita lebih kreatif lagi untuk menemukan barang-barang baru dari hasil limbah. Penanganan pencemaran lingkungan harus menjadi prioritas utama. Terutama saat pencemaran lingungan menjadi masalah kompleks dan serius di masyarakat. Briket Kosaplus diharapkan mampu menjadi energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar fosil.

* Mahasiswa Jurusan Peternakan
Fakultas Peternakan Perikanan
Universitas Muhammadiyah Malang

Tulisan ini telah dimuat dalam majalah Sinar Tani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar