Sabtu, 02 Januari 2010

Pilihan Hidupku

Oleh : Achmad Prafitdhin*)

Semua orang memiliki 24 jam sehari, 30 hari sebulan, dan 365 hari dalam setahun. Dengan waktu yang sama selayaknya membuat kita sebagai manusia mawas diri. Jika orang lain bisa melakukan mengapa saya tidak bisa dan apa yang salah dengan diri saya. Sebagai orang yang tahan banting pastikan bertanya pada diri sendiri seperti itu. Keponakan penulis bilang janganlah jadi orang “cemen” alias mudah menyerah.
Penyerahan total memang perlu tetapi harus sesuai konteks permasalahan yang ada. Penyerahan total hanya kepada Alloh, bukan kepada lainnya. Namun untuk urusan merubah nasib, kita tidak boleh menyerahkan kepada Alloh. Sedangkan takdir memang telah digariskan Tuhan untuk manusia dan seisi dunia. Sebagai manusia, seseorang diwajibkan merubah nasibnya sendiri. Seperti yang telah dijelaskan dalam Al Quran kurang lebih seperti ini, “tidak akan berubah nasib suatu kaum sebelum kaum tersebut mau merubah nasibnya sendiri.”
Nasib harus diubah, sedangkan takdir tidak akan berubah. Sesuai pernyataan motivator nomer wahid Indonesia, Andri Wongso, “nasib bisa diubah sedangkan takdir telah digariskan.” Takdir telah dituliskan sejak ditiupkannya roh ke dalam janin atau saat janin umur 40 hari setelah perkawinan. Sehingga sepatutnya kita mengimani takdir kita sendiri atau ketetapan qodlo dan qodhar Tuhan.
Semua orang hidup pasti melalui siklus yang sama yaitu lahir, balita, anak-anak, remaja, dewasa, tua, dan mati. Malah kadang tidak sampai lahir telah mati. Tetapi apakah kita hanya cukup memikirkan kematian, kapan akan datang menghampiri? Bukankah mengisi hidup jauh lebih penting dari pada memikirkan kapan kemungkinan kematian datang?
Pengisian hidup bermacam-macam cara. Ada cara baik dan buruk. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia di hadapkan pada dua pilihan. Di satu sisi ada nereka yang selalu memburu manusia buruk dan penuh dosa. Di sisi lain surga menunggu bagi seseorang dengan penuh keimanan dan selajan ketentuan Tuhan. Tetapi terkadang manusia memang suka akan tantangan, termasuk menentang peraturan-Nya. Secara keduniawian memang dianggap biasa atau baik tetapi tidak sama sekali ketika ditinjau secara akherat.
Putus asa adalah tanda orang yang mudah menyerah kepada keadaan hidup. Hidup yang seharusnya dinikmati serasa menyakitkan dan kadang ingin diakhiri. Tetapi melalui pengakhiran yang belum saatnya justru akan menambah masalah setelah kematian. Mengutip pernyataan Master Reiki G Tummo, Irmansyah Effendy, “kematian yang belum saatnya akan menjadi jiwa tidak tenang dan menjadi arwah penasaran.”
Tidak sepastasnya manusia menyerah begitu saja dengan nasibnya sekarang. Jika hewan saja mampu berjuang dan berkompetisi untuk mendapatkan kedudukan dalam koloninya. Sedangkan hewan hanya memiliki insting untuk mempertahankan hidup. Manusia dengan kelebihan akal yang telah diberikan Tuhan seharusnya tidak boleh mlempem oleh keadaan, tetapi harus berjuang demi perubahan. Manusia sepantasnya menjadi agent of change bukan lagi object of change.
Apabila salah satu jalan telah tertutup, Tuhan masih memberikan jalannya di tempat lain. Bukankah orang bijak bilang, “banyak jalan menuju Roma.” Banyak cara mendapatkan sesuatu yang baik. Mulailah dari sekarang dan dari hal terkecil. Sebab pepatah Tiongkok berkata, “perjalanan ribuan li harus dimulai dari satu langkah kaki.” Lakukan hal kecil yang baik, secara terus menerus dan kontinyu niscaya akan membuahkan hasil suatu saat nanti. Pastikan kita telah melakukan sedikit dari rencana dan cita-cita hidup untuk masa datang agar tiada penyesalan di kemudian hari. Tiada penyesalan bermula di awal waktu melainkan setelah semuanya berlalu dan berakhir hingga menjadi sejarah.

*) Mahasiswa Jurusan Peternakan
Fakultas Pertanian Peternakan
Universitas Muhammadiyah Malang

Artikel ini telah dimuat harian Surya, 2 Januari 2010. Namun judul dirubah dengan Perubahan Hidup

Tidak ada komentar:

Posting Komentar