Kamis, 12 Mei 2011

Ayam Petelur

Ayam petelur adalah ayam yang akan dimanfaatkan telurnya untuk suatu usaha dan memenuhi kriteria untuk dijadikan alat produksi untuk menghasilkan telur. Dari jajaran bangsa ayam, hanya ayam ras komersial petelur saja yang mampu memenuhi kriteria ini (Rasyaf, 1996).

Sebelum melangkah lebih jauh perlu diketahui tentang bibit ayam petelur. Sebab dalam peternakan bibit merupakan salah satu faktor produksi penting dan masuk dalam tiga faktor produksi penentu. Bibit dipilih berdasarkan kondisi masing-masing daerah. Bibit juga sangat menentukan kelangsungan usaha peternakan ayam petelur. Tujuannya adalah untuk meminimalisir kegagalan dalam suatu usaha. Umumnya para peternak memilih bibit dengan mencari informasi pada sesama peternak maupun kepada poultry shop yang terpercaya.

Menurut Malik (2001), pemilihan bibit haruslah memenuhi kriteria berdasarkan sifat-sifat genetiknya, yaitu tumbuh cepat dengan awl produksi cepat, jumlah produksi per tahun tinggi, konversi pakan rendah atau efisiensi pakan tinggi, kualitas produksi baik, dan tahan terhadap penyakit. Pemilihan bibit pun harus memperhatikan dan mempertimbangkan segi ekonomisnya.

Ayam ras tipe petelur merupakan jenis-jenis ayam yang sangat efisien dalam menghasilkan telur dengan ciri-ciri antara lain adalah tingkah laku lincah, mempunyai ukuran badan yang relatif kecil, cepat dewasa, tidak mempunyai sifat mengeram serta efisien dalam mengubah zat-zat makanan menjadi telur (Djanah, 1988).

Menurut Rasyaf (1994), ayam petelur mempunyai dua tipe yaitu tipe ringan dan tipe medium. Tipe ringan adalah ayam petelur yang khusus dikembangkan hanya untuk menghasilkan telur saja. Ciri-cirinya adalah berbadan ramping, mata bersinar dan berjengger tunggal merah darah. Sedangkan ayam tipe medium adalah ayam petelur yang dikembangkan untuk produksi telur selain itu juga untuk produksi daging atau disebut juga tipe dwiguna sehingga memiliki bobot badan relatif lebih besar dari tipe petelur ringan.

Ayam petelur yang baik memproduksi telur rata-rata tidak kurang dari 20 butir per ekor perbulan selama periode satu tahun pertama. Konversi pakan sekitar 2,7 (untuk menghasilkan 1 kg telur dibutuhkan pakan 2,7 kg) dan mortalitasnya rendah.

Usaha ayam petelur membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan unggas tipe pedaging. Unggas berumur 19 minggu baru mulai produksi, ini berarti selama 19 minggu investasi terus ditanamkan tanpa ada pemasukan. Ditinjau dari segi produktivitas, manajemen pemeliharaan selama 1 sampai 19 minggu sangat menentukan terhadap produksi telur. Apabila manajemen pemeliharaan selama masa pertumbuhan tidak baik maka telur yang dihasilkan tidak sesuai dengan potensi genetik yang dimiliki (Malik, 2001).

DAFTAR PUSTAKA

Djanah. 1981. Pengkajian Sifat-Sifat Prodksi Ayam Kampong Erta Penghasilanya Dengan Ayam Rhode Island Red. Disertasi Paska Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Malik, A. 2001. Manajemen Ternak Unggas. Fakultas Peternakan Perikanan Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

Rasyaf, M. 1994. Pengendalian Hama Dan Penyakit Ayam. Kanisius. Yogyakarta.

Rasyaf, M. 1996. Pengelolaan Produksi Telur. Kanisius. Yogyakarta.