Jumat, 26 November 2010

IbK cikal bakal Wirausahawan Baru

Oleh: Achmad Prafitdhin (27/11/2010)

Hari Jum’at 26 November 2010, penulis melakukan presentasi di DPPM Universitas Muhammadiyah Malang. Isi presentasi yang penulis utarakan bersama tim adalah “Usaha Penggemukan Ayam Kampung.” Sebenarnya presentasi itu adalah monitoring tahap akhir yang dilakukan pihak kampus. Setelah dipinjami dana untuk pengembangan bisnis dan kewirausahaan dan pendampingan selama 6 bulan, akhirnya penulis bersama tim disetujui untuk melanjutkan kegiatan usaha ayam kampung untuk program kontrak selama 6 bulan berikutnya.
Sebuah kebahagiaan yang luar biasa, bisa memperoleh kepercayaan dari pihak kampus. Dimana banyak pihak yang andil di kegiatan tersebut tetapi tidak lagi dipercaya karena program kerja tidak berjalan. Kegiatan IbK atau kependekan dari Ipteks bagi Kewirausahaan ini adalah program Dikti, Dirjen Tinggi Perguruan Tinggi untuk meminjamkan sejumlah dana bagi pengembangan kewirausahaan.
Dengan program ini diharapkan mampu mencetak pengusaha-pengusaha muda berpengalaman, bukan lagi wirausahawan karbitan yang gampang terombang-ambing oleh keadaan dan suasana hati. Pada tahap awal memang terkesan sangat berat, namun setelah waktu berjalan semua terasa mudah ran mengasyikkan.
Monitoring ini dilakukan oleh tim panitia Ibk Universitas Muhammadiyah Malang, Dr. Ir. Adi Sutanto MM dan Ir Ahmad Yani MP. Monitoring berjalan dengan lancar dengan berbagai saran-saran dan masukan untuk melanjutkan dan mengepush kegiatan usaha ayam kampung tersebut berkembang dengan baik sesuai harapan kampus. Usaha memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Usaha tidaklah seperti menjadi pegawai yang kerja atau tidak tetap dibayar. Usaha dan pengusaha setiap hari harus membaca beberapa kitab untuk mencari strategi.
Disitulah program magang dan pendampingan oleh UMM yang bekerjasama dengan Madani yang telah diakui di Indonesia karena produk-produknya yang organik. Pendampingan sangat diperlukan pada tahap awal usaha. Tanpa pendampingan oleh pihak-pihak yang berkompeten seperti UMM, maka usaha akan sulit berkembang.
Program Ibk ini diharapkan menjadi benih bagi program pemerintah lainnya. Sllah satunya Sarjana Membangun Desa. Yang setiap tahunnya bisa mengucurkan dana 100-450 juta untuk pengembangan kewirausahaan di bidang peternakan Indonesia.
Maju terus peternakan, maju terus Indonesiaku, ciptakan makanan bergizi untuk masyarakat dan generasi penerus bangsa. Amin... Semoga

Kamis, 25 November 2010

Budidaya Ayam Kampung Pedaging, Berminat?

Oleh: Achmad Prafitdhin

A. RINGKASAN EKSEKUTIF
Budidaya ayam kampung sangatlah menjanjikan dengan melihat tingkat harga pasar yang tinggi dibandingkan dengan ayam ras broiler. Sebagai acuan, Di kawasan Blitar pada tahun yang 2009, harga ayam kampung hidup bobot 7-8 ons mencapai Rp 20.000,- Hampir sama dengan bobot karkas ayam broiler per satu kilogram (Trobos, 2009).
Acuan ini akan memberikan imbalan berupa keuntungan yang sangat menggiurkan yaitu sebesar Rp 1.879.000,- dalam jumlah pemeliharaan 400 ekor saja. Pemeliharaan yang relatif rendah yaitu 2 bulan dibandingkan dengan peternak lain yang bisa mencapai 3 bulan pemeliharaan dalam bobot yang sama.
Keunggulan produk dibandingkan dengan produk lainnya adalah umru pemeliharaan yang pendek menjadikan daging ayam kampung lebih empuk, pemberian ramuan herbal akan meningkatkan cita rasa khas ayam kampung, kadar lemak yang rendah, dan harga yang bersaing.

B. PELUANG DAN ANCAMAN
Pelaksanaan Praktek Usaha Peternakan dengan judul “Usaha Penggemukan Ayam Kampung” bertempat di RT 03 RW 01, Desa Jajar, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar dengan waktu usaha dimulai pada bulan September sampai dengan November 2010 dengan jumlah 400 ekor dibagi menjadi 2 tahap. Tahap pertama dipelihara 200 ekor yang direncanakan datang pada tanggl 5 September dan tahap kedua yaitu 200 ekor yang direncanakan datang pada tanggal 5 Oktober 2010.
Perencanaan usaha ini memiliki ruang lingkup lokal, namun diharapkan nantinya bisa merambah antar pulau bahkan cita-cita dalam kelompok PUP ini bisa layak eksport. Namun, untuk target awal, produk ini memiliki skala lokal yaitu kawasan Blitar dan sekitarnya.
Kelompok memiliki sebuah gambaran bahwa produk yang dihasilkan yaitu memiliki kualifikasi antara lain, memiliki kadar lemak rendah, daging lebih empuk karena dipelihara dalam jangka waktu yang pendek yaitu 2 bulan pemeliharaan, kualitasa daging yang tidak diragukan lagi kehalalannya, dipelihara dengan penambahan ramuan herbal yang bisa menambah cita rasa daging ayam kampung.
Beberapa harapan bagi investor yaitu pemberian modal tambahan serta pendampingan selama kegiatan usaha. Sedangkan bagi mitra kerja, mampu melaksanakan perjanjian dengan sebaik-baiknya. Keuntungan yang menggiurkan dalam bisnis ini merupakan sebuah tawaran berharga bagi calon investor dan mitra kerja, selain itu beberapa hal yang telah tertulis pada paragraf sebelumnya.

C. PRODUK/JASA YANG DIBERIKAN/DIRENCANAKAN
Adapun produk yang direncanakan adalah budidaya ayam kampung hingga umur 2 bulan pemeliharaan. Maksud dan tujuan dalam pemeliharaan tersebut antara lain yaitu Praktek Usaha Peternakan ( PUP ) diselenggarakan dalam rangka untuk melatih mahasiswa agar mampu menerapkan /mengaplikasikan secara langsung seluruh Aspek yang terkait dalam sebuah usaha peternakan mulai dari aspek manajerial (perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi hingga pemasaran), aspek teknis dan aspek finansial.
Kelompok PUP ini lahir karena ingin menjawab sebuah tantangan yang memberikan tudingan bahwa “ayam kampung tidak layak dikembangkan karena tidak menguntungkan dan tidak bisa berkembang”. Demikianlah latar belakang dari kelompok PUP ini.
Keunggulan produk dibandingkan dengan produk lainnya adalah umru pemeliharaan yang pendek menjadikan daging ayam kampung lebih empuk, pemberian ramuan herbal akan meningkatkan cita rasa khas ayam kampung, kadar lemak yang rendah, dan harga yang bersaing.
Pemilihan budidaya ayam kampung sebagai kegiatan PUP dimaksudkan, ketersediaan kandang dan sarana prasarana kandang yang telah ada dan representatif semakin memperkuat tujuan dalam pengembangan usaha ayam kampung. Permintaan pasar yang tinggi dan seringkali kekurangan merupakan pendorong usaha dalam segi yang lain.
Target pemasaran yang direncanakan adalah kepada pedagang pengepul, rumah makan yang ada di kawasan Blitar dengan melakukan kerjasama dengan pemilik mesin pencabut bulu.

D. ANALISIS KONDISI PASAR
Pemilihan budidaya ayam kampung pedaging dengan alasan bahwa ayam kampung yang memiliki cita rasa dan segmentasi pasar yang jelas Bahkan, permintaan cenderung kekurangan. Hal itu menunjukkan bahwa ayam kampung layak untuk dijadikan komoditi lokal dengan nilai ekonomis yang tinggi (Poultry, 2008).
Ayam kampung banyak diusahakan oleh masyarakat pedesaan sebagai tabungan. Tetapi jenis unggas ini tidak terlalu banyak di pasaran. Sehingga harga jual dan harga belinya menjadi sangat tinggi. Satu kilo daging ayam kampung di Sumenep Madura per Agustus 2009 bisa mencapai Rp 50.000,- Memang demikian data ini tidak up to date. Namun hal itu sangatlah fantastis untuk sebuah usaha. Di kawasan Blitar pada tahun yang sama, harga ayam kampung hidup bobot 7-8 ons mencapai Rp 20.000,- Hampir sama dengan bobot karkas ayam broiler per satu kilogram (Trobos, 2009).
Selanjutnya menurut Trobos (2009), disamping ayam kampung memiliki harga jual daging yang tinggi, unggas ini tahan terhadap serangan penyakit. Daya hidup ayam kampung bisa mencapai 95-98% tanpa vaksinasi. Bandingkan dengan ayam broiler yang dalam kehidupannya, paling sedikit mengalami 3-4 kali vaksinasi. Ayam kampung sangatlah tahan dengan kondisi cuaca dan pakan yang kurang baik. Adaptasi terhadap lingkungan pada ayam kampung telah teruji. Mulai dari nenek moyang hingga kini, ayam kampung tetap ada meskipun dihantam oleh kasus flu burung sejak tahun 2005 silam.
Pengembangan ayam kampung yang banyak dipelihara masyarakat – meskipun belum secara intensif – sedikit banyak akan memberikan nilai tambah bagi masyarakat. Masyarakat pun juga bisa ikut didorong untuk memajukan ayam kampung sebagai usaha yang menjanjikan dan bernilai ekonomis tinggi.
Kecenderungan konsumen yang mulai beralih pada hal organik bisa menjadi sebuah peluang dan celah dalam bisnis ayam kampung ini. Masyarakat kini lebih memilih kualitas dan citarasa dibandingkan kuantitas tanpa cita rasa tinggi. Dibandingkan dengan ayam ras, ayam kampung telah dikenal memiliki cita rasa khas dan kualitas tekstur daging yang berbeda. Sehingga masyarakat lebih meilih jenis ayam kampung dari pada ayam ras terlebih jika bisa memberikan harga yang sebanding.
Kompetitor terbuka yaitu ayam ras pedaging, sedangkan kompetitor tertutup yaitu daging-daging lain seperti bebek, puyuh, dan entok. Namun, dengan adanya kompetitor tersebut semakin membuat daya kreatifitas.
Budaya masyarakat Blitar khususnya dan Indonesia pada umumnya, sebelum ayam ras pedaging datang ke Indonesia, ayam kampung menjadi sebuah keunggulan dan kini mulai punah seiring dengan tidak lagi menjadi fokus pemeliharaan di lingkungan pertanian yang mulai beralih pada kambing dan sapi.
Teknologi yang digunakan yaitu dengan formulasi pakan dengan bekatul fermentasi, hal ini akan menurunkan biaya produksi, namun tidak akan mengurangi kualitas daging bahkan akan meningkatkan kualitasnya dengan adanya enzim pitase yang dihasilkan dalam proses fermentasi tersebut.

DAFTAR BACAAN

Abidin, Zainal. 2002. Meningkatkan Produktivitas Ayam Kampung Pedaging. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Anonymous. 2008. Beternak Ayam Kampung.(http://www.ayamkampung.cc.id. htm.com). Diakses tanggal 12 Januari 2009

Anonymous. 2010. Petunjuk Praktis Beternak Ayam Kampung. (http://sinartani. com). Diakses tanggal 14 Agustus 2010

Fadilah, Roni dkk. 2007. Beternak Unggas Bebeas Flu Burung. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Malik, Abdul. 2001. Manajemen Ternak Unggas. Malang: Fakultas Peternakan Perikanan Universitas Muhammadiyah Malang.

Parakkasi. 1990. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak monogastrik. Bandung: Angkasa Bandung

Poultry. 2008. Telur Tetas Ayam Kampung Makin Sulit Dicari. (http://www.poultryindonesia.com). Diakses 10 Maret 2010.

Sobri, M 2006. Bahan Makanan Ternak dan Formulasi Ransum. Malang: Fakultas Peternakan Perikanan Universitas Muhammadiyah Malang.

Sarwono, B. 2005. Beternak Ayam Buras. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sitopoe, Mangku. 2008. Cara Memelihara Ayam Organik. Jakarta: PT Indeks.

Sujionohadi, Kliwon dan Ade Iwan Setiawan. 2004. Ayam Kampung Petelur: Perencanaan dan Pengelolaan Usaha Skala Rumah Tangga. Jakarta: Penebar Swadaya.

Survei kepada beberapa peternak di kawasan Kabupaten Blitar. Pada tanggal 12 dan 27 Agustus 2010.

Trobos. 2009. Budidaya Ayam Kampung, Untung. (http://www.trobos.com). Diakses 10 Maret 2010.

Wahju, Juju. 2004. Ilmu Nitrisi Unggas. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Wiharto, 1991. Biokimia Nutrisi. Yogyakarta: UGM Press.

Widodo, Wahyu. 2002. Nutrisi dan Pakan Unggas Kontekstual. Malang: Fakultas Peternakan Perikanan Universitas Muhammadiyah Malang.